Di era serba cepat dan terhubung ini, kita sering terjebak dalam mindset bahwa semakin banyak yang kita kerjakan, semakin berharga kita. Ada tekanan buat terus produktif, entah itu di kantor, sekolah, atau bahkan di media sosial. Semua ini didorong oleh ekspektasi sosial yang bilang kalau kita harus terus sibuk dan nggak ada waktu buat santai. Tapi, kita sering lupa bahwa dorongan ini bisa bikin kita capek, stres, dan akhirnya burnout. Inilah yang disebut toxic productivity.
Toxic productivity adalah pola pikir yang bikin kita merasa bahwa nilai diri kita cuma dihitung dari seberapa banyak yang kita capai. Setiap kali nggak sibuk, ada rasa bersalah, padahal waktu istirahat juga bagian dari produktivitas yang sehat. Dalam toxic productivity, kita merasa kalau kita nggak bekerja atau nggak ngejar pencapaian, kita nggak cukup baik. Padahal, istirahat dan self-care sama pentingnya, loh!
Kenapa Toxic Productivity Itu Bahaya?
- Bikin Stres dan Kecemasan Terus-terusan merasa harus bekerja tanpa henti bisa bikin kita tertekan, cemas, bahkan burnout. Kita terlalu fokus pada hasil dan sering kali mengabaikan kesehatan mental kita. Perasaan nggak pernah cukup bisa datang, karena kita terus membandingkan diri dengan orang lain yang terlihat lebih sibuk dan sukses. Contoh nyata: Kadang, malam-malam kita nggak bisa tidur karena mikirin kerjaan yang belum selesai, atau malah kepikiran sama proyek yang belum kelar.
- Nggak Bisa Nikmati Hidup Ketika kita terus fokus pada produktivitas, kita malah lupa nikmatin hal-hal kecil dalam hidup. Waktu bareng temen, liburan, atau sekadar santai di rumah seringkali terlewat karena kita merasa “harus” terus kerja. Padahal, hubungan sosial itu penting buat kesejahteraan mental kita. Contoh nyata: Temen ngajak hangout, tapi kita malah mikirin kerjaan yang belum kelar dan mutusin buat stay in. Padahal, kita butuh refreshing.
- Perasaan Tidak Pernah Cukup Toxic productivity sering bikin kita merasa kalau kita nggak produktif, kita nggak berguna. Kita tergantung banget sama pengakuan eksternal. Kalau nggak ada pujian atau hasil yang dilihat orang, kita merasa diri kita nggak berarti. Contoh nyata: Kita merasa cemas kalau nggak bisa posting sesuatu di media sosial, atau kalau nggak ngehasilin sesuatu yang “wow” di pekerjaan kita.
Sebagian besar dari kita terjebak dalam toxic productivity karena tekanan dari luar. Media sosial sering bikin kita merasa kalau orang lain selalu sibuk dan produktif, sehingga kita merasa harus sama seperti mereka. Kita nggak sadar kalau kebanyakan orang hanya memamerkan sisi “baik” aja, sementara sisi lelah dan stres mereka nggak kelihatan.
Selain itu, ada juga rasa takut gagal atau perasaan nggak cukup baik kalau nggak sibuk. Kita sering kali merasa bahwa kalau nggak bekerja terus, kita akan dianggap nggak berharga atau malas. Padahal, semua itu hanya tekanan sosial yang nggak sehat.
Cara Mengatasi Toxic Productivity
- Kenali Tanda-Tandanya Langkah pertama buat keluar dari toxic productivity adalah mengenali tanda-tandanya. Coba perhatikan, apakah kamu sering merasa bersalah kalau nggak lagi kerja? Atau merasa cemas kalau nggak selalu produktif? Ini adalah tanda-tanda toxic productivity. Kalau udah merasa kayak gitu, itu waktunya untuk rehat sejenak.
- Beri Waktu untuk Diri Sendiri Kadang kita lupa kalau waktu untuk diri sendiri itu penting. Nggak harus selalu sibuk atau produktif. Waktu untuk tidur, me-time, atau nonton film kesukaan itu juga produktif dalam arti yang lebih sehat. Cobalah untuk memberikan ruang buat diri kamu sendiri tanpa rasa bersalah. Nikmati kegiatan yang bikin kamu relax.
- Tetapkan Batasan Tentuin batasan yang jelas antara waktu kerja dan waktu pribadi. Misalnya, kalau udah jam 6 sore, coba deh untuk benar-benar melepaskan kerjaan dan fokus sama kegiatan lain. Matikan notifikasi email atau grup kerja kalau nggak urgent. Waktu pribadi itu penting banget buat recharging, jadi jangan biarkan pekerjaan terus mengganggu.
- Fokus pada Proses, Bukan Hasil Alih-alih cuma fokus pada hasil akhir, coba nikmatin setiap prosesnya. Setiap langkah yang kamu ambil itu berarti. Cobalah untuk merayakan pencapaian kecil yang kamu raih, bukan hanya menunggu hasil besar yang datang di akhir. Dengan begitu, kamu nggak akan terlalu tertekan dan lebih bisa menikmati perjalanan.
- Jangan Ragu Untuk Minta Bantuan Kalau kamu merasa sudah terlalu terjebak dalam pola toxic productivity dan mulai merasa kelelahan mental, coba bicarakan masalah ini dengan teman atau bahkan seorang profesional. Kadang, berbicara dengan orang yang memahami bisa membantu kita melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda dan memberi solusi.
Toxic productivity itu memang kelihatan baik di permukaan—kita merasa kalau kita terus bekerja, kita jadi lebih berharga. Tapi kenyataannya, pola ini bisa merusak kesejahteraan mental kita. Kita harus ingat, produktivitas bukan hanya soal kerja keras, tapi juga soal menjaga keseimbangan hidup. Jangan sampai kita terjebak dalam mindset yang nggak sehat dan lupa untuk merawat diri. Ingat, kamu nggak harus terus-terusan sibuk buat merasa berharga. Kamu sudah cukup dengan apa adanya.
Leave a Reply
View Comments