Gambar: Generus

Pondok Kayu- Riddle #4

Level: Hard

Aku bersama empat orang temanku tersesat saat kami melakukan pendakian gunung di tengah badai salju. Hari semakin gelap dan suhu semakin dingin. tidak kuat, salah satu dari teman kami akhirnya meninggal.

Namun kami tak berniat meninggalkan jenazah teman kami di tengah gunung dan memutuskan untuk membawanya. Hingga suatu saat di tengah badai salju, kami menemukan sebuah pondok kayu.

Bersyukur, kami segera berlindung di dalam pondok kayu itu. Pondok itu berbentuk segiempat, tampak sudah tua, namun masih kokoh.

Celakanya, sama sekali tak ada penerangan di dalam pondok ini, sehingga kami terpaksa menghabiskan malam dalam kondisi gelap gulita.

Aku meletakkan jenazah temanku di tengah ruangan yang berbentuk segi empat itu.

“Malam ini kita tidak boleh tidur. Bila kita tidur, bisa-bisa kita tidak bangun lagi,” ujarku.

“Ya, aku tahu. Tapi bagaimana caranya? Bila kita tidak melakukan sesuatu, kita pasti akan tertidur.”kata salah satu temanku.

“Aku tahu, kita lakukan saja suatu permainan,” usulku, masih dalam kondisi gelap gulita. Kami sama sekali tak bisa melihat satu sama lain.

“Permainan apa?”

“Begini, ruangan ini kan berbentuk kotak. Bagaimana jika masing-masing dari kita berempat berdiri di tiap pojok ruangan. Nah, saat permainan dimulai, salah satu dari kita berlari ke pojok ruangan terdekat dan menepuk punggung temannya yang ada di situ. Lalu ia yang ditepuk punggungnya harus berlari lagi untuk menepuk punggung temannya yang ada di pojok terdekat dengannya. Begitu terus hingga kembali ke orang pertama dan diteruskan sampai fajar tiba.”

“Itu ide bagus,” semua orang tampaknya setuju, “Dengan begitu kita akan bergerak semalaman dan tubuh kita akan terasa hangat.”

Akhirnya kami melakukan permainan itu. Masing-masing dari kami, sebut saja A, B, C, dan D berdiri di pojok ruangan. Dimulai dari Aku yang mulai berlari ke sudut B dan menepuk pundak B, kemudian B berlari kesudut C dan menepuk pundak C, lalu C berlari ke sudut D menepuk pundak D, dan begitu seterusnya, mereka melakukan permainan itu hingga pagi.

Saat pagi tiba, kami mulai merasa lega. Cahaya mulai menerangi seluruh ruangan sehingga kami bisa melihat seisi ruangan. Namun saat aku kembali menyadari bentuk ruangan dari pondok ini, aku merasa ada yang janggal. Permainan ini ternyata tak sesimpel yang aku bayangkan.