Gambar: Pngtree

Mudik Itu Bukan Sekadar Pulang!

Lebaran bukan sekadar momen kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa. Bagi banyak orang, terutama para perantau, Lebaran adalah momen istimewa yang dinanti-nanti sepanjang tahun. Salah satu tradisi yang paling identik dengan Lebaran adalah mudik — pulang kampung untuk bertemu keluarga tercinta.

Bagi anak rantau, mudik bukan cuma soal pulang secara fisik. Ada rindu yang menumpuk, ada harapan untuk melihat senyum orangtua, saudara, dan teman-teman lama. Setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun jauh dari kampung halaman demi menuntut ilmu atau bekerja, Lebaran seolah menjadi panggilan hati yang sulit ditolak.

Mudik, meskipun penuh perjuangan — macet berjam-jam, tiket susah, bahkan kadang sampai harus berdiri di kereta — tetap dijalani dengan senang hati. Kenapa? Karena di ujung perjalanan, ada orang tua, saudara, dan sahabat yang menunggu. Ada kebahagiaan tak tergantikan ketika bisa saling memeluk dan meminta maaf secara langsung.

Ternyata, mudik sejatinya sejalan dengan ajaran Islam yang menekankan pentingnya menjaga silaturahim. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menyambung tali silaturahim.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Perjalanan panjang yang melelahkan terasa ringan karena kerinduan dan cinta pada keluarga. Bahkan, dalam Islam, silaturahim bukan hanya soal mempererat hubungan keluarga, tapi juga membawa keberkahan hidup dan memperpanjang umur, seperti sabda Rasulullah ﷺ:

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahim.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bagi anak rantau, pulang kampung bukan sekadar formalitas Lebaran. Itu adalah cara mereka memperbaharui energi dan semangat hidup. Bertemu keluarga, mencium tangan ibu dan ayah, bercengkerama dengan saudara, rasanya seperti mengisi ulang baterai jiwa. Ada kebahagiaan yang tidak bisa digantikan dengan apa pun.

Namun, lebih dari sekadar bertemu fisik, momen Lebaran juga mengajarkan kita arti memaafkan dan memulai lembaran baru. Silaturahim bukan hanya soal berkunjung, tapi juga soal membuka hati, meruntuhkan ego, dan memperbaiki hubungan yang retak. Allah SWT berfirman:

وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

“Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa: 1)

Jadi, buat kamu yang lagi di rantau dan udah nggak sabar buat mudik, ingatlah: mudik bukan sekadar perjalanan pulang, tapi juga perjalanan hati. Kita nggak cuma bawa koper dan oleh-oleh, tapi juga bawa harapan, doa, dan niat baik buat menyambung kasih dengan keluarga.

Semoga perjalanan mudik kali ini penuh berkah, dilancarkan, dan kita semua bisa bertemu orang-orang tersayang di kampung halaman. Selamat mudik, selamat menyambung silaturahim, dan semoga Lebaran kali ini jadi momen yang makin mendekatkan kita ke keluarga dan juga ke Allah SWT!