Mahkota Perempuan itu, terletak pada rasa malunya dan taatnya dalam menjaga auratnya. Foto: generusindonesia

Mahkota Perempuan

Oleh Nabila Kartika Luthfa

“Mahkota Perempuan itu, terletak pada rasa malunya dan taatnya dalam menjaga auratnya”

Dalam perjalanan kehidupan seorang perempuan, terdapat nilai-nilai luhur yang membentuk keindahan dan kehormatannya. Bukan sekadar penampilan fisik saja, tetapi mahkota seorang perempuan terpancar dari kedalaman hatinya. Tercermin dari rasa malu yang selalu menghiasi perilaku dan ketaatan dalam menjaga auratnya. Keduanya bukanlah belenggu, melainkan perhiasan tak ternilai yang memancarkan kemuliaan untuk melindungi kehormatannya.

Rasa malu ini, dalam konteks yang positif, bukanlah sekadar perasaan canggung. Ia adalah benteng moral yang menjaga perempuan dari perbuatan tercela dan perkataan yang tidak pantas. Rasa malu yang tumbuh subur dalam diri seorang perempuan akan membimbingnya untuk bertindak hati-hati, menjaga lisannya dari ghibah dan fitnah, serta menjauhkan diri dari segala bentuk perilaku yang dapat merendahkan martabatnya. Ini akan menjadi filter alami yang menyaring setiap interaksi dan keputusanya. Memastikan bahwa setiap langkah yang diambil selaras dengan nilai-nilai kesopanan dan kehormatan dirinya.

Lebih dari itu, rasa malu ini juga menumbuhkan kepekaan terhadap di lingkungan sekitarnya. Perempuan yang memiliki rasa malu akan lebih peduli terhadap norma-norma sosial dan menghargai batasan-batasan yang ada. Ia akan terus berupaya untuk tidak menjadi sumber fitnah atau pembicaraan negatif, serta menjaga interaksinya dengan lawan jenis secara santun dan terhormat. Rasa malu inilah yang kemudian melahirkan keanggunan dalam bersikap dan kebijaksanaan dalam bertindak.

Selain rasa malu, ketaatan dalam menjaga aurat merupakan pilar penting dalam kemuliaan seorang perempuan. Aurat, adalah bagian tubuh yang harus ditutupi untuk menjaga kehormatan dan menghindari fitnah. Ketaatan dalam menutup aurat bukan hanya sekadar menjalankan perintah agama, tetapi juga merupakan bentuk penghargaan terhadap diri seorang perempuan.

Ketika seorang perempuan dengan kesadaran penuh memilih untuk menutup auratnya, artinya ia sedang memfokuskan perhatian orang lain pada kecerdasan, karakter, dan kualitas diri yang sesungguhnya. Pakaian yang sopan dan tertutup menjadi perisai kuat untuk melindunginya dari pandangan-pandangan yang tidak bertanggung jawab dan niat-niat buruk.

Ketaatan dalam menjaga aurat akan menumbuhkan rasa percaya diri yang berbeda. Kepercayaan diri ini tidak dibangun atas dasar pengakuan visual semata, melainkan dari keyakinan akan nilai diri yang utuh dan terpelihara. Perempuan yang menjaga auratnya merasa lebih aman dan nyaman dalam berinteraksi, karena ia tahu bahwa dirinya dihargai bukan karena penampilannya, tetapi karena kepribadian dan intelektualitasnya.

Marilah kita renungkan kembali makna sesungguhnya dari mahkota seorang perempuan. Bukanlah kemewahan materi atau pujian semata yang menjadikannya mulia, melainkan rasa malu yang menghiasi setiap tindakannya dan ketaatannya dalam menjaga auratnya. Keduanya adalah perhiasan abadi yang memancarkan aura kehormatan, melindungi dari segala bentuk pelecehan, dan mengangkat derajatnya di mata Allah SWT dan sesama manusia.