Sebuah refleksi untuk kamu yang merasa lelah, tapi tak tahu kenapa. Gambar: Generus

Kamu Capek atau Cuma Kurang Arah?

(Sebuah refleksi untuk kamu yang merasa lelah, tapi tak tahu kenapa)

Oleh Fitri Utami

Pernah nggak sih ngerasa capek banget, tapi pas ditanya, “Capek karena apa?”, kamu sendiri bingung jawabnya? Rasanya kayak lari terus, tapi nggak tau finish-nya di mana. Atau kayak naik motor jauh-jauh, tapi ternyata GPS-nya belum kamu set tujuan.

Nah, mungkin kamu bukan sekadar capek. Mungkin… kamu cuma kurang arah. Ada banyak jenis capek dalam hidup. Ada yang capek karena kerja lembur, tugas kuliah numpuk, atau sosial life yang draining banget. Tapi ada juga capek yang aneh. Kayak… kamu ngerasa nggak ada masalah besar, tapi tetap ngerasa hampa. Kayak hidup ini penuh aktivitas, tapi kosong makna. Kamu ngerasa sibuk, tapi nggak maju ke mana-mana. Ini bukan soal kurang tidur. Ini soal kurang arah.

Kita hidup di zaman serba cepat. Semua orang berlomba jadi yang paling sukses, paling sibuk, paling banyak pencapaian. Tapi ironisnya, justru di tengah kecepatan itulah banyak dari kita yang kehilangan kompas hidup. Padahal, setiap langkah itu harus punya tujuan, kan? Kalau nggak, ya pasti kamu bakal ngerasa capek tanpa alasan yang jelas. Lelah secara fisik itu satu hal, tapi lelah karena nggak tahu lagi ngapain itu bisa jauh lebih berat.

Allah SWT pernah bertanya dalam Al Qur’an:

“فَأَيْنَ تَذْهَبُونَ”

Artinya, “Maka ke manakah kamu akan pergi?” (QS. At-Takwir: 26)

Pertanyaan ini bukan hanya untuk umat terdahulu, tapi juga untuk kita. Kalau kamu merasa capek dan bingung, coba tanya diri sendiri: “Aku lagi ke mana sih sekarang?” Lagi ngejar apa? Cita-cita? Validasi? Uang? Atau sekadar pelarian?

Pertanyaan ini penting banget karena bisa jadi selama ini kamu terlalu sibuk mengejar hal-hal yang tidak benar-benar penting buat kebahagiaanmu atau bahkan untuk tujuan hidup yang lebih besar.

Capek itu memang manusiawi, tetapi capek tanpa arah itu bisa membawa kita jauh dari kebahagiaan sejati. Hidup jadi kayak jalan tol yang panjang tapi gelap. Kamu ngebut, tapi nggak tahu pintu keluar di mana. Makanya, kamu perlu berhenti sejenak dan mulai berpikir, apa yang sebenarnya aku kejar?

Tenang, kamu nggak sendirian. Rasa bingung dan kehilangan arah itu wajar. Bahkan Nabi Muhammad ﷺ pun mengalami fase ketika beliau sangat gelisah dan menyendiri di Gua Hira, sampai akhirnya turun wahyu pertama sebagai “kompas hidup” beliau.

Dalam hidup modern ini, “Gua Hira”-mu bisa jadi adalah momen refleksi. Momen kamu berhenti sejenak dari hiruk-pikuk, dan mulai bertanya: – Sebenarnya aku mau jadi apa? – Apa tujuan hidupku? – Aku mau dikenal sebagai orang seperti apa? – Apa kontribusiku untuk orang lain, dan untuk akhiratku?

Recalibrate bukan tanda kamu gagal. Tapi tanda kamu peduli. Tanda kamu ingin hidupmu nggak sia-sia. Hidup nggak melulu soal seberapa banyak hal yang kamu lakukan, tapi seberapa banyak hal yang kamu lakukan dengan tujuan yang jelas. Setiap langkah harus punya arti. Jika tujuan hidupmu jelas, maka setiap keputusan yang kamu ambil pun akan lebih mudah, meskipun kadang tantangannya besar.

Kadang kita salah paham. Kita pikir arah hidup itu soal “nanti kerja jadi apa”, “gaji berapa”, atau “nikah umur berapa”. Padahal arah itu lebih dalam dari itu. Arah hidup adalah tentang value yang kamu pegang, alasan kamu bangun pagi, dan misi yang bikin kamu rela lelah. Misalnya: Ada yang hidupnya mau jadi pembelajar sepanjang hayat. Ada yang pengin bermanfaat buat komunitasnya. Ada yang ingin jadi penguat keluarganya, meskipun gak banyak orang tahu. Ada yang ingin memperjuangkan Islam dengan tenang, diam-diam tapi konsisten. Dan itu semua valid. Asal kamu tahu kamu sedang ke arah mana.

Arah hidup itu bukan soal pencapaian dunia semata, tapi tentang bagaimana kamu menjalani hidup dengan penuh makna. Menjadi pribadi yang berguna bagi orang lain dan bermanfaat bagi masyarakat. Kalau kamu tidak tahu ke mana tujuanmu, bagaimana bisa kamu tahu apakah kamu sudah berada di jalur yang benar atau tidak? Maka penting untuk terus melakukan refleksi diri dan mengingatkan diri kita sendiri tentang apa yang sebenarnya kita inginkan dalam hidup.

Kompas hidup kita ya tetap Allah ﷻ. Dalam Al Quran, Allah memberi petunjuk hidup yang sangat jelas untuk umat-Nya:

“وَمَن يَهْدِ ٱللَّهُ فَمَا لَهُۥ مِن مُّضِلٍّۢ”

Artinya: “Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tak ada yang dapat menyesatkannya.” (QS. Az-Zumar: 37).

Boleh banget kamu cari jati diri lewat buku, podcast, seminar, dan mentorship. Tapi jangan lupa: arah sejati hanya bisa ditemukan ketika kamu dekat sama Pemberi Arah. Mencari arah hidup dengan berserah diri kepada Allah bukan berarti kita menyerah pada keadaan, tetapi justru itu adalah bentuk usaha untuk mengikuti petunjuk-Nya dalam hidup kita. Allah selalu memberikan petunjuk kepada hamba-Nya yang mencari dengan sungguh-sungguh.

Maka jangan remehkan kekuatan sujud yang jujur. Kadang jawaban dari semua kebingunganmu muncul bukan dari timeline, tapi dari lantai sajadah. Di saat kamu merasa bingung dan lelah, ingatlah bahwa Allah selalu mendengarkan dan memberikan petunjuk-Nya, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.

Kalau hari ini kamu masih bingung, masih capek, masih merasa kosong—gak apa-apa. Selama kamu nggak berhenti nyari arah, kamu masih di jalan yang benar. Hidup bukan lomba lari sprint. Tapi maraton. Dan kadang, kita perlu berhenti sebentar… bukan untuk menyerah, tapi untuk menyusun ulang tujuan.

Karena hidup ini bukan tentang seberapa cepat kita sampai di tujuan, tapi tentang perjalanan yang kita jalani dan makna yang kita ambil sepanjang jalan itu. Kalau kamu merasa lelah, berhentilah sejenak. Jangan terburu-buru. Jangan ragu untuk meluangkan waktu untuk merenung dan mengevaluasi kembali apa yang sebenarnya penting dalam hidupmu.

Jangan cuma hidup karena “Yaudah dijalanin aja.” Tapi hiduplah karena kamu tahu “Aku ke sini karena ini bagian dari misiku. ”Jika kamu merasa capek, istirahat. Tapi jangan lupa, hidup ini perjalanan. Dan perjalanan yang paling damai adalah saat kamu tahu ke mana kamu menuju.

Jangan cuma hidup karena “Yaudah dijalanin aja”. Tapi hiduplah karena kamu tahu “Aku ke sini karena ini bagian dari misiku”. Kalau capek, istirahat. Tapi jangan lupa, hidup ini perjalanan. Dan perjalanan yang paling damai adalah saat kamu tahu ke mana kamu menuju.