Oleh Thifla Thuwaffa Isqy
Jagat raya dihebohkan dengan terkuaknya grup di media sosial yang bikin merinding. Gimana enggak, grup dengan anggota puluhan ribu itu berisikan orang orang dengan fantasi seksual dengan keluarga mereka. Mengerikan bukan? Rumah yang seharusnya jadi tempat aman malah dipenuhi predator dari orang yang seharusnya kita percayai. Komnas Perempuan mencatat persentase kekerasan seksual sekitar 26,94%, yang menjadi top 1 bentuk kekerasan yang paling banyak dilaporkan. Bahkan di tahun 2024 kasus kekerasan seksual anak mencapai 7.623. Terus gimana dong kita menyikapinya? Jika kamu tau ada yang jadi korban, jadilah pendengar yang baik dan hindari menghakimi. Jangan ragu untuk mengarahkannya ke tenaga profesional dan mendapat perlindungan. Selain itu, penting untuk kita belajar pendidikan seksual sejak dini guys. Meskipun narasinya sejak dulu pendidikan seks itu “tabu”. Yah, masih ada loh yang menganggap materi tentang seksualitas adalah mengajarkan anak-anak untuk bersenggama. Nyatanya, pendidikan menjadi salah satu tameng untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual. Kok bisa? Menurut para ahli, pendidikan seks yang tepat sesuai usia dan tahap perkembangannya dapat membentuk anak menjadi manusia yang mampu mejaga dirinya dari perbuatan terlarang. Selain itu, kita akan lebih peka dengan ancaman dan memiliki “alarm” dari perbuatan amoral karna memiliki pegangan agama yang jelas. Loh, kan pendidikan seks? Kok jadi bawa-bawa agama? Jadi gini guys, pendidikan seks itu kompleks dan komplit, mencakup 4 dimensi termasuk moralitas yang berkaitan dengan kepercayaan.
Ini dia empat dimensi dari pendidikan seksual:
- Dimensi Biologis
Pendidikan seks yang berkaitan dengan biologis menjelaskan tentang fungsi organ yang kita miliki, kesehatan reproduksi, serta perubahan saat pubertas.Kita perlu aware nih kalau manusia itu punya saraf yang sensitif dan peka terhadap rangsangan meskipun belum memasuki usia legal. Hal itu wajar kok, karna sifatnya alamiah. Cuma kita tau kalau merasakan hal tersebut sebelum halal dan waktunya itu dosa besar.
- Dimensi psikologis
Dimensi Psikologis terkait seksualitas, kita akan diajari tentang identitas gender, peran manusia sesuai jenis kelaminnya. Selain itu, pendidikan seks di dimensi psikologis harus mengedepankan perasaan aman dan nyaman bagi insan untuk mengekspresikan dirinya,tentunya dengan norma yang berlaku.Khususnya, kita berikan pemahaman ke anak/adek kita bahwa “tubuhku otoritasku” Alias “my body my choice”, which is nggak sembarangan orang bisa nyentuh atau megang-megang. Di dimensi ini, kita diajarkan sentuhan boleh dan sentuhan tidak boleh.
- Dimensi sosial budaya
Nah, di dimensi inilah pendidikan seks di setiap negara bisa berbeda. Kalau di barat, anak-anak diberikan kebebasan untuk melakukan hubungan intim yang penting punya ilmu kontrasepsi. Sedangkan, di adat ketimuran seperti Indonesia, hubungan intim merupakan aktivitas sakral yang hanya boleh dilakukan oleh pasangan halal dan legal menurut agama dan negara.
- Dimensi moralitas
Sebagai manusia yang beriman penting banget untuk punya moralitas yang tinggi. Pemahaman mana yang boleh, mana yang dilarang menurut agama. Mana yang benar dan mana yang salah. Menurut ahli, orang dapat terhindar dari perilaku beresiko termasuk perilaku seksual dikarenakan tingkat spiritual yang tinggi.Termasuk menghindari perbuatan yang mulai dianggap biasa saja padahal bisa menjerumuskan, seperti pacaran.
Nah, setelah tau kalau pendidikan seks itu sepenting dan segenting itu, jangan lupa untuk mengedukasi diri sendiri dan orang sekitar ya!
Mari kita ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman tanpa kekerasan seksual.
Leave a Reply
View Comments