Oleh Budi Muhaeni
Zaman sekarang? Gila cepetnya. Penuh ketidakpastian. Banyak noise, banyak tuntutan, tapi juga penuh peluang. Di sinilah kita diuji—generasi muda yang katanya bonus demografi. Tapi bonus itu nggak otomatis jadi berkah kalau kita nggak siap.
Yang dibutuhin sekarang bukan cuma semangat, tapi juga sudut pandang yang tepat. Karena cara kita ngeliat sesuatu bakal nentuin cara kita ngejalaninnya.
Lo pernah nggak sih, ngeliat sesuatu tapi orang lain malah ngeliat hal yang beda? Kayak lagi liat gambar—ada yang bilang itu cewek muda, tapi ada juga yang yakin banget itu nenek-nenek. Padahal gambarnya sama. Nah, itu yang disebut POV alias point of view—sudut pandang. Cara lo ngeliat sesuatu, tergantung dari mana lo mandangnya.
POV itu penting banget, sobat. Kadang kita mikir kita udah paling bener, padahal kita cuma liat dari satu sisi doang. Kalau pengen obyektif, ya harus coba liat dari sudut pandang orang lain juga. Jangan mentok di “kata gue sih gini”, tapi coba denger dan liat realita dari berbagai arah. Baru deh lo bisa ngerti hal secara utuh.
Seperti kata Iqbal Ramadhan: “Anak muda itu jangan cuma berani beda, tapi juga harus siap mendengar dan memahami orang lain. Dari situ perubahan bisa dimulai.”
Nah, dari situ kita belajar: punya gaya sendiri itu keren, tapi jangan sampai bikin kita gagal paham sama orang lain.
Dalam dunia nyata—apalagi dunia kepemimpinan—POV itu jadi senjata utama. Pemimpin tuh butuh visi dan misi yang jelas. Dan semua itu berawal dari cara pandangnya sendiri. Cara lo ngeliat dunia, masalah, dan peluang bakal nentuin lo mau bawa tim atau komunitas ke mana.
Kayak sniper—kalau ngincernya dari sudut yang salah, ya bakal meleset. Tapi kalau pas, boom! Tepat sasaran.
Sekarang kita lagi ada di masa peralihan. Generasi tua mulai siap-siap nyerahin tongkat estafet ke kita—generasi muda. Tapi bukan berarti kita bisa semaunya sendiri. Kita tetap harus ngerti nilai-nilai dan perjuangan generasi sebelum kita. Karena regenerasi itu bukan cuma soal ganti orang, tapi soal nerusin legacy dengan cara yang lebih fresh dan relevan.
Dua generasi ini harus bisa connect. Nggak bisa saling ngegas atau saling ngejudge. Harus bisa saling ngertiin POV masing-masing. Kalo enggak, ya regenerasi bakal stuck. Yang muda ngerasa dikekang, yang tua ngerasa dilupain.
Kita juga harus sadar, ini era VUCA: serba cepet, nggak pasti, ruwet, dan membingungkan. Di tengah pusaran itu, kita nggak bisa asal gerak. Harus punya cara pandang yang tajam dan luas biar nggak salah langkah.
Seperti yang dibilang Maudy Ayunda: “Kita harus berani punya visi, dan itu dimulai dari melihat dunia dengan kacamata yang lebih luas.“
Nah, dari situlah semua bermula—dari cara kita melihat. Visi itu lahir dari sudut pandang yang tajam, luas, dan berakar pada nilai. Kalau sudut pandang lo sempit, ya visi lo juga bakal mentok. Tapi kalau lo bisa lihat dari banyak sisi, lo bisa bikin langkah yang lebih relevan, lebih bijak, dan lebih berdampak.
Intinya, generasi kita emang lagi diuji.
Bukan cuma diuji secara teknis atau kompetensi, tapi secara cara mikir. Ujian terbesarnya: Berani nggak lo ngeliat dari sudut pandang yang lain, bukan cuma sudut pandang lo sendiri?
Karena ujian generasi kita bukan cuma soal bisa ngeliat. Tapi bisa ngeliat dengan tepat, dan melangkah dengan benar.
Leave a Reply
View Comments