Siapa sangka, di balik semangkuk sop daging sapi yang kita lahap habis pas Iduladha, ada tim dapur yang udah siaga bahkan sebelum subuh. Yup, ibu-ibu di lingkungan Yayasan Bina Insan Karimah udah mulai sibuk dari jam-jam ketika kita masih meringkuk di kasur.
Ini Bu Tantri, koordinator tim dapur. Beliau cerita kalau persiapan nggak cuma dimulai hari H, tapi dua minggu sebelumnya! Mulai dari nyusun menu, ngitung bahan-bahan, sampai mikirin strategi biar semua perut kenyang terutama karena kurban kali ini jatuh di hari Jumat, jadi harus ada plan yang efisien dan nggak ngganggu waktu salat Jumat.
“Kita bikin menu yang simple, tapi tetep ngenyangin. Kan pagi-pagi belum sarapan tuh, jadi kita siapin snack duluan,” cerita Bu Tantri.
Snack-nya pun bukan kaleng-kaleng ada rebusan pisang, lepet, lemper, gorengan, sampai bolu. Pokoknya, logistik stamina dijaga banget. Makan siangnya? Nasi hangat dengan sop daging sapi, ****tempe goreng, kerupuk, sambel, dan acar. Simpel tapi nikmat, apalagi makannya bareng-bareng.
Tim dapur juga udah terbentuk solid. Ada yang bagian belanja, nyuci daging, motong, ngulek bumbu, sampai yang bertugas ngisi galon. Bu Tantri sendiri? “Saya bagian mondar-mandir, kalau ada yang kurang ya saya beli,” katanya sambil ketawa.
Tapi ya, kerja bareng-bareng pasti ada dramanya dikit. Salah satunya soal es batu. Jadi ceritanya, es batu buat siang udah dipersiapin. Eh, malah dipakai duluan sama bapak-bapak yang lagi ngurus daging. “Lagi saya beli es kristal, eh es batu buat siang malah dipakai. Tapi yaudah, namanya juga teamwork, pasti ada salah paham dikit-dikit,” ujar Bu Tantri santai.
Ada juga momen lucu: waktu nyediain teh, minta bantuan anak pra remaja untuk bawa tehnya ke meja konsumsi dekat bapak bapak motong tak disangka ternyata mereka menaruh semua teh di termos bekas kopi. Apa yang terjadi? Ya sesuai ekspetasi pas diminum, langsung ada yang nyeletuk, “Ini teh kopi?” dengan logat Sunda khas sambil melihat kawan-kawannya. “Semua ketawa,” katanya.
Walau sibuk, Bu Tantri ngerasa bahagia banget. Lihat orang-orang makan hasil masakan bareng, ngobrol, ketawa, itu rasanya bikin hati hangat. “Saya suka kebersamaan. Ketika dikerjakan bersama dan dimakan bersama, itu luar biasa,” ujarnya.
Dan yang bikin makin salut, Bu Tantri nggak merasa perempuan dilupakan perannya. Justru, para ayah atau bapak-bapak ngasih support penuh. Karena menurut beliau, kurban bukan cuma soal daging, tapi juga soal kebersamaan dan saling berbagi.
Harapannya, makin banyak generasi muda yang ikut turun tangan. “Kita perlu kaderisasi. Pelan-pelan, mamah-mamah muda juga harus mulai diajak, biar semangat kebersamaannya terus hidup,” pesannya.
Intinya, di balik setiap sendok makanan yang kamu makan pas Iduladha, ada cinta, kerja sama, dan niat baik dari para pahlawan dapur. Jadi, lain kali jangan lupa ucapin terima kasih ya ke mereka!
Leave a Reply
View Comments