Oleh Muhammad Faqihna Fiddin
Pernah nggak sih kita kepikiran, kenapa kok ada orang yang kayaknya gampang banget mencapai impiannya, sementara kita rasanya kok jalan di tempat terus? Padahal, kita juga kerja keras, usaha, dan punya banyak mimpi. Nah, mungkin rahasianya ada di satu hal yang sering kita sepelekan: menunda kesenangan atau bisa juga disebut delayed gratification.
Kedengarannya mungkin aneh ya? Kenapa harus menunda kesenangan? Bukannya hidup itu dinikmati? Eits, jangan salah sangka dulu! Menunda kesenangan itu bukan berarti kita nggak boleh senang sama sekali. Justru, ini adalah semacam “kekuatan super” yang kalau kita kuasai, bisa bikin kita terbang tinggi menuju kesuksesan yang lebih besar dan lebih memuaskan di masa depan.
Konsep ini dijelaskan dengan sangat keren oleh Dr Emilio Justo dalam ceramah TEDx-nya yang berjudul “Delayed Gratification: Your Superpower to Success“. Justo ini bukan sembarang orang lho. Ia adalah seorang dokter mata dan ahli bedah kosmetik yang sukses banget, dan yang lebih menarik lagi, beliau adalah seorang pengungsi dari Kuba yang datang ke Amerika Serikat saat masih kecil. Kisah hidupnya sendiri sudah jadi bukti nyata betapa ampuhnya menunda kesenangan ini.
Apa sih Sebenarnya Menunda Kesenangan Itu?
Gini gampangnya, menunda kesenangan itu artinya kita rela menahan diri dari godaan hadiah atau kenikmatan instan, demi sesuatu yang lebih besar dan lebih baik di masa depan. Bayangin deh, ada kue cokelat enak banget di depan mata. Kalau kita langsung makan, kita dapat kesenangan instan, kan? Tapi kalau kita mikir, “Ah, mendingan aku simpan dulu, nanti malam pas lagi nonton film kesukaan, rasanya pasti lebih nikmat,” nah itu namanya menunda kesenangan.
Dalam skala yang lebih besar, menunda kesenangan itu bisa berarti:
- Nggak langsung belanja barang mewah pakai uang yang baru dapat, tapi dipakai buat investasi atau ditabung dulu.
- Nggak langsung nonton drama Korea sampai pagi, tapi tidur cukup supaya besok bisa bangun pagi dan belajar untuk ujian penting.
- Nggak langsung nongkrong bareng teman setiap malam, tapi fokus mengembangkan skill atau memulai bisnis kecil-kecilan.
Intinya, ini tentang punya visi jangka panjang. Kita melihat jauh ke depan, bukan cuma mikirin apa yang bikin kita senang sekarang juga.
Kenapa Menunda Kesenangan Itu Penting Banget?
Dr. Justo menjelaskan beberapa alasan kenapa menunda kesenangan ini bisa jadi kunci sukses kita:
- Membangun Ketahanan Diri (Resilience):
Hidup itu nggak selalu mulus, ya kan? Ada aja kerikil, batu, bahkan mungkin gunung yang menghadang. Nah, kalau kita terbiasa menunda kesenangan, kita jadi lebih kuat menghadapi tantangan. Kita tahu bahwa untuk mencapai sesuatu yang besar, butuh waktu dan usaha. Kita jadi nggak gampang menyerah pas ketemu kesulitan. Anggap aja kayak kita lagi lari maraton. Kalau kita pengen langsung nyampe finish, pasti capek di awal dan gampang nyerah. Tapi kalau kita tahu ini perjalanan panjang, kita akan atur napas, atur strategi, dan tahan banting sampai garis finish. Menunda kesenangan itu melatih mental kita jadi lebih tangguh.
- Meningkatkan Fokus dan Kejelasan Tujuan:
Di era serba instan ini, kita gampang banget terdistraksi. Notifikasi hape bunyi terus, media sosial nyomot perhatian, segala macam hiburan ada di ujung jari. Akibatnya, kita jadi susah fokus sama tujuan utama kita. Menunda kesenangan memaksa kita buat mikir: “Apa sih yang bener-bener penting buat gue? Perlu ga ya gue beli ini/ikut ini dan itu? Ada kaitannya ga ya sama tujuan long term gue?” Ini membantu kita melihat tujuan kita dengan lebih jelas dan mengidentifikasi langkah-langkah apa yang perlu diambil untuk mencapainya. Daripada cuma ngikutin keinginan sesaat, kita jadi mikir strategi yang lebih matang.
- Mengendalikan Diri (Self-Control):
Ini salah satu manfaat paling gede. Kita seringkali dikendalikan sama keinginan atau emosi sesaat. Pengen beli ini, pengen makan itu, pengen rebahan aja. Menunda kesenangan itu kayak melatih otot. Makin sering kita latih buat menahan diri, makin kuat otot kendali diri kita. Kita jadi “tuan” dari keinginan kita, bukan malah jadi “budak” dari dorongan instan. Bayangin, betapa banyak keputusan buruk yang kita buat karena nggak bisa menahan diri, kan? Dari boros uang, sampai malas-malasan yang bikin tugas numpuk. Dengan menunda kesenangan, kita belajar membuat pilihan yang lebih baik untuk diri kita di masa depan.
- Mengembangkan Kesabaran:
Kesabaran itu kunci. Nggak ada kesuksesan yang instan, bener nggak? Semua butuh proses, butuh waktu. Menunda kesenangan mengajarkan kita seni kesabaran. Kita belajar menunggu kesempatan yang tepat, membuat keputusan yang matang, dan menikmati setiap langkah dalam perjalanan menuju impian. Ini bukan cuma tentang hasil akhir, tapi juga tentang menghargai prosesnya.
Eksperimen Marshmallow yang Terkenal: Bukti Nyata Kekuatan Ini
Dr. Justo juga membahas salah satu studi paling terkenal yang membuktikan kekuatan menunda kesenangan: Eksperimen Marshmallow Stanford. Mungkin kamu pernah dengar tentang ini.
Singkatnya, di tahun 1960-an, seorang psikolog bernama Walter Mischel melakukan eksperimen ini pada anak-anak. Mereka ditaruh di sebuah ruangan, dan di depan mereka ada satu buah marshmallow. Peneliti bilang ke anak-anak itu, “Kalian boleh makan marshmallow ini sekarang. Tapi kalau kalian bisa menunggu beberapa menit sampai aku kembali, kalian akan dapat dua buah marshmallow.”
Nah, hasilnya gimana? Ada anak yang langsung melahap marshmallow-nya. Ada juga yang berusaha keras menahan godaan, menutup mata, bernyanyi, atau bahkan bersembunyi di bawah meja saking pengennya makan marshmallow tapi berusaha sabar.
Yang menarik, penelitian ini nggak berhenti di situ. Bertahun-tahun kemudian, para peneliti melacak anak-anak yang ikut eksperimen ini. Hasilnya mengejutkan! Anak-anak yang waktu kecil bisa menunda makan marshmallow dan sabar menunggu dua marshmallow, ternyata saat dewasa:
- Nilai akademiknya lebih bagus.
- Skor tes kemampuannya (SAT) lebih tinggi.
- Lebih sukses dalam karir.
- Lebih sehat secara emosional dan punya hubungan yang lebih baik.
Gila, kan? Cuma dari soal marshmallow aja, bisa ketahuan potensi sukses di masa depan. Ini menunjukkan betapa kuatnya kemampuan menunda kesenangan ini. Ini bukan cuma soal makanan, tapi mentalitas yang akan berpengaruh di semua aspek kehidupan.
Perjalanan Dr. Emilio Justo: Bukti Hidup dari Menunda Kesenangan
Kisah Dr. Justo sendiri adalah contoh paling nyata dari konsep ini. Sebagai seorang pengungsi dari Kuba, ia datang ke Amerika tanpa apa-apa. Banyak tantangan yang harus dihadapinya: kemiskinan, diskriminasi, dan harus beradaptasi di lingkungan baru. Tapi ia punya satu hal: kemauan keras untuk menunda kesenangan demi masa depan yang lebih baik.
Daripada mencari pekerjaan yang bisa langsung menghasilkan uang banyak di awal, ia memilih jalur pendidikan yang panjang dan berat untuk menjadi seorang dokter. Itu berarti beliau harus belajar mati-matian, mengorbankan waktu luang, dan menunda kesenangan instan yang bisa didapatkan teman-teman sebayanya. Beliau fokus pada tujuan jangka panjangnya: menjadi seorang dokter untuk membantu orang lain dan mengangkat derajat keluarganya.
Dan hasilnya? Luar biasa. Di usia 27 tahun, ia sudah menjadi seorang dokter mata dan ahli bedah kosmetik yang sukses. Ia bisa traveling keliling dunia, membeli mobil mewah, dan yang paling penting, bisa memberikan dukungan finansial kepada orang tuanya yang sudah berkorban banyak untuknya. Semua itu berkat pilihan untuk menunda kesenangan dan fokus pada investasi jangka panjang pada dirinya sendiri.
Bahkan sekarang, di usianya yang sudah mapan, ia tidak berhenti untuk terus berbagi ilmu dan pengalamannya melalui ceramah seperti TEDx ini, menulis buku, dan tetap praktik sebagai dokter. Ini menunjukkan menunda kesenangan bukan hanya untuk mencapai sukses awal, tapi juga untuk mempertahankan dan bahkan melipatgandakan kesuksesan itu.
Gimana Cara Mulai Mempraktikkan Menunda Kesenangan?
Dr. Justo menyarankan tiga langkah sederhana untuk mulai menguasai “kekuatan super” ini:
- Jelaskan Tujuanmu (Clarify Your Goals):
Sebelum bisa menunda kesenangan, kamu harus tahu dulu apa yang kamu kejar. Apa sih impian besarmu? Apa yang benar-benar kamu inginkan dalam hidup ini? Tuliskan tujuan-tujuanmu, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Semakin jelas tujuanmu, semakin mudah kamu termotivasi untuk menunda kesenangan demi mencapai hal itu. Misalnya, tujuanmu adalah punya rumah sendiri dalam 10 tahun. Itu tujuan yang jelas, kan?
- Buat Rencana (Develop a Plan):
Setelah tahu tujuannya, sekarang waktunya bikin peta jalan. Apa langkah-langkah yang harus kamu ambil untuk mencapai tujuan itu? Misalnya, kalau tujuannya adalah punya rumah, rencanamu mungkin: menabung X rupiah setiap bulan, mengurangi pengeluaran yang nggak perlu (misalnya, ngopi mahal setiap hari), mencari penghasilan tambahan, belajar investasi, dan sebagainya. Rencana ini akan jadi panduanmu setiap kali ada godaan untuk menikmati kesenangan instan.
- Latih Disiplin Diri (Practice Self-Discipline):
Ini bagian yang paling menantang, tapi juga paling penting. Disiplin itu kayak otot, harus dilatih terus-menerus. Mulai dari hal-hal kecil. Misalnya, daripada langsung membuka media sosial begitu bangun tidur, coba deh bangun lebih awal dan luangkan waktu 15 menit untuk membaca buku atau merencanakan hari. Daripada langsung membeli gadget terbaru, coba tabung dulu uangnya untuk hal yang lebih produktif.
Saat kamu merasakan godaan untuk menikmati kesenangan instan, berhenti sejenak. Ingat kembali tujuan besarmu. Tanyakan pada dirimu: “Apakah ini akan membantuku mencapai tujuanku, atau malah menghambatnya?” Seringkali, jawaban itu sudah jelas.
Hidup di Era “Instant Gratification”
Dr. Justo bilang, kita hidup di zaman “instant gratification” alias kesenangan instan. Teknologi bikin semuanya jadi cepat. Pengen makan? Tinggal pesan online, langsung datang. Pengen tahu berita? Tinggal scroll di hape. Pengen belanja? Klik sana sini, besok nyampe. Nggak perlu nunggu lama.
Ini memang ada positifnya, hidup jadi lebih efisien. Tapi ada juga efek sampingnya: kita jadi nggak terbiasa menunggu. Kita jadi maunya serba cepat, serba instan. Kalau nggak langsung dapat, kita gampang frustasi, gampang nyerah. Mental kita jadi lemah.
Nah, menunda kesenangan ini adalah penawar untuk itu. Ini adalah cara kita melawan arus budaya “serba instan” dan kembali memegang kendali atas hidup kita. Ini mengajarkan kita bahwa hal-hal terbaik itu seringkali butuh waktu dan usaha.
Manfaat Lain yang Mungkin Nggak Kita Sadari
Selain yang disebutin Justo, menunda kesenangan juga punya manfaat lain lho:
- Kepuasan yang Lebih Dalam: Ketika kita akhirnya mencapai tujuan yang sudah kita usahakan mati-matian, rasanya pasti jauh lebih memuaskan daripada kesenangan instan yang gampang didapat. Ada rasa bangga dan pencapaian yang nggak bisa ditukar dengan apapun.
- Keuangan Lebih Sehat: Ini jelas banget. Kalau kita bisa menunda kesenangan untuk belanja barang-barang yang nggak perlu dan malah menabung atau berinvestasi, keuangan kita pasti lebih sehat. Kita jadi punya dana darurat, bisa beli aset, dan lebih tenang secara finansial.
- Hubungan yang Lebih Baik: Menunda kesenangan juga berlaku dalam hubungan. Kadang, kita pengen ngomong atau bertindak impulsif saat emosi. Tapi kalau kita menunda sebentar, menarik napas, dan memikirkan dampaknya, kita bisa menghindari konflik dan membangun hubungan yang lebih kuat.
- Kesehatan yang Lebih Baik: Bayangin kalau kita selalu ikutin keinginan instan untuk makan makanan nggak sehat, tidur larut, atau malas olahraga. Pasti kesehatan kita terganggu. Dengan menunda kesenangan (misalnya, menunda makan junk food demi makanan sehat), kita bisa membangun kebiasaan yang lebih baik untuk tubuh.
Bukan Berarti Nggak Boleh Senang!
Penting untuk diingat, menunda kesenangan bukan berarti kamu nggak boleh senang sama sekali. Bukan berarti hidupmu jadi suram dan cuma diisi kerja keras. Justru, ini tentang menikmati kesenangan yang “benar” pada waktu yang “tepat”.
Misalnya, kamu pengen liburan ke luar negeri. Daripada langsung ambil kredit atau utang sana-sini buat liburan sekarang, kamu menunda kesenangan itu dengan menabung dan merencanakan dengan matang. Ketika akhirnya kamu bisa liburan dengan uang sendiri, tanpa beban utang, rasanya pasti jauh lebih tenang dan bahagia, kan? Itu adalah bentuk menunda kesenangan yang menghasilkan kebahagiaan yang lebih besar dan berkelanjutan.
Yuk Raih Kekuatan Supermu!
Jadi, menunda kesenangan itu bukan cuma teori dari para ahli, tapi adalah “superpower” yang sudah dibuktikan oleh banyak orang sukses, termasuk Dr. Emilio Justo sendiri. Ini adalah kemampuan untuk melihat jauh ke depan, mengendalikan diri, sabar, dan tangguh menghadapi tantangan.
Di dunia yang serba instan ini, kemampuan untuk menunda kesenangan jadi semakin langka, dan justru itulah yang membuatnya jadi makin berharga. Kalau kita bisa menguasai ini, kita nggak cuma akan mencapai tujuan-tujuan besar, tapi juga jadi pribadi yang lebih kuat, lebih fokus, dan lebih puas dengan hidup.
Jadi, mulai sekarang, coba deh sesekali tanyakan pada diri sendiri: “Apakah kesenangan instan ini sepadan dengan impian besarku di masa depan?” Seringkali, jawabannya akan membimbing kita untuk memilih jalan yang lebih bijak, menunda kesenangan sesaat, dan merangkul “kekuatan super” yang akan membawa kita menuju kesuksesan yang tak terhingga. Yuk, mulai latih “otot” delayed gratification kita dari sekarang!
Leave a Reply
View Comments