ILUSTRASI BUNGA VIOLET. FOTO: GENERUS

Cita-Cita Violet

Oleh M. Faqihna Fiddin

Di sebuah lembah yang sunyi, di antara rerumputan yang menari dalam belaian angin, hiduplah sekuntum bunga violet kecil. Ia tumbuh di bawah rindang pohon ek tua, terlindung dari terik matahari, namun jauh dari jangkauan langit yang luas. Setiap pagi, embun menitik lembut di kelopaknya, dan setiap malam, ia memandang bintang-bintang yang berkelip dari kejauhan.

“Ah, alangkah indahnya jika aku bisa tumbuh tinggi dan menyentuh langit seperti pohon ek,” bisiknya penuh harapan. “Aku ingin melihat dunia lebih luas, ingin merasakan hembusan angin yang lebih bebas, ingin tahu apa yang ada di balik bukit-bukit sana.”

Tetapi pohon ek yang bijaksana tersenyum dan berkata, “Wahai Violet kecil, mengapa engkau menginginkan sesuatu yang bukan milikmu? Engkau telah diberi warna yang indah dan keharuman yang lembut, kau menghibur mereka yang datang mencari ketenangan. Bukankah itu sudah cukup?”

Namun Violet tetap merindukan langit. Ia mengagumi burung-burung yang terbang bebas, awan yang bergerak perlahan, dan cahaya matahari yang menyentuh puncak pohon-pohon. Ia ingin lebih dari sekadar bunga yang berakar di tanah.

Hari demi hari berlalu, namun keinginan Violet tidak pernah pudar. Ia mulai bertanya kepada angin yang berembus, “Wahai angin yang bebas berkelana, bawalah aku bersamamu ke tempat yang lebih tinggi!”

Angin tertawa lembut. “Wahai Violet kecil, aku bisa membawamu, tetapi apakah kau siap meninggalkan akar yang telah memberimu kehidupan? Apakah kau siap menghadapi udara dingin di ketinggian tanpa perlindungan?”

Violet ragu sejenak, tetapi tekadnya lebih besar dari keraguannya. “Aku siap! Aku ingin terbang dan melihat dunia dengan mata sendiri!”

Suatu hari, angin kencang bertiup melintasi lembah. Akar-akar pohon ek mengguncang, dan ranting-rantingnya bergetar. Violet kecil menatap ke langit dengan penuh harapan, berharap angin akan membawanya ke tempat yang lebih tinggi. Dan benar, hembusan angin mengangkat kelopak-kelopaknya yang mungil, membebaskannya dari tanah yang selama ini mengikatnya.

Saat ia mulai melayang, ia merasakan kegembiraan luar biasa. Ia menari di udara, merasakan angin membelai setiap kelopaknya. Cahaya matahari menyentuhnya dengan lembut, dan ia merasa seperti bagian dari sesuatu yang lebih besar. Namun, kesenangan itu tidak berlangsung lama.

Tiba-tiba, angin bertiup semakin kencang. Violet berputar tak terkendali, terhempas ke sana kemari. Ia mencoba meraih sesuatu untuk berpegangan, tetapi ia hanyalah bunga kecil tanpa kekuatan. Ia menjerit dalam hati, “Aku tidak ingin jatuh! Aku ingin tetap terbang!”

Tetapi alam memiliki jalannya sendiri. Hembusan angin terakhir mengempaskannya ke tanah, jauh dari tempat asalnya. Ia terkulai di rerumputan yang asing, terpisah dari akar yang pernah memberinya kehidupan.

Saat fajar menyingsing, pohon ek menatapnya dengan penuh kasih. “Violet kecil, engkau telah merasakan bagaimana rasanya menjadi bebas. Namun, kebebasan sejati bukanlah sekadar meninggalkan akar, melainkan memahami dan menerima peran yang telah diberikan kepadamu. Kau indah dalam keberadaanmu, dan keharumanmu telah menyentuh hati banyak makhluk.”

Dalam keheningan pagi, Violet kecil tersenyum dalam kesadarannya yang baru. Ia tidak lagi merindukan langit, tetapi menikmati keindahan perannya di dunia—menjadi bunga kecil yang memberi warna dan wangi bagi siapa saja yang datang mencari kedamaian.

Hari-hari berlalu, dan Violet semakin memahami bahwa kehidupan tidak selalu tentang mencapai sesuatu yang lebih tinggi, tetapi tentang memahami dan mensyukuri tempat di mana ia berada. Para serangga kecil sering datang mengunjunginya, membawa cerita dari tempat-tempat jauh yang mereka jelajahi. Dan dengan setiap hembusan angin yang lembut, Violet berbisik, “Aku telah menemukan kebebasan dalam kebersahajaan.”

Di tempat barunya, Violet berteman dengan bunga-bunga lain yang tak pernah ia temui sebelumnya. Mereka berbagi kisah dan menari bersama dalam sapuan angin lembut. Ia menyadari bahwa kebahagiaan tidak hanya terletak pada ketinggian, tetapi juga dalam kebersamaan.

Dan ketika hujan turun dengan lembut, menyirami tanah tempat ia tumbuh kembali, Violet merasakan kehangatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia mengerti bahwa kehidupan adalah tentang menerima dan mensyukuri setiap bagian dari perjalanan.