Ilustrasi Euforia Tahun Baru. Foto: Generus

Bye-bye Gemerlap Euforia Tahun Baru!

Guys, lazimnya malam tahun baru pasti aja banyak yang hura-hura. Tapi, ada lho anak-anak muda sepantaran kita yang malah mengaji menutup akhir tahun, siapa mereka?

Langit Jakarta serasa pecah. Kembang api warna warni mewarnai langit yang penuh gemintang tepat pembukaan tahun: 1 Januari 2025. Suara terompet dan petasan sangat riuh. Juga klakson mobil. Ada yang teler, ada pula yang sedang asik masyuk dengan pasangannya. Malam pesta di kolong jagat malam itu, entahlah untuk apa? Kalo mau santai ya tidak segitunya. Apalagi sampai mengeruk tabungan yang diniatin untuk hura-hura.

Ada yang ngaku habis sejuta. Sebut aja Anton (23 tahun) anak kuliahan yang sebulan dikirimin ortunya dari Balikpapan sana Rp3 juta sebulan. Itu sama dengan sepertiga biaya hidupnya sebulan tapi habis hanya semalam. Lalu ada Sicilia (19 tahun), habis Rp10 juta untuk sewa kamar hotel dan menikmati klab malam bersama para sohibnya.

Ah, memang itu hak masing-masing. Tapi apa manfaat dan faedahnya, itu yang mengganggu pikiran kaum mendang-mending. Asli, mendingan buat beli hal-hal yang menambah kecerdasan atau sekalian buat modal. Tapi itu hak masing-masing lho bray, tapi cobalah merenungkan layakkah umur yang makin berkurang dirayakan? Sejauh apa pencapaian kita dalam hidup di tengah umur yang kian berkurang? Semanfaat apa diri kita bagi kita sendiri, keluarga, kawan, apalagi masyarakat? Kalo sudah mikir itu pastinya jadi hampa.

Tapi, ada juga lho kawan-kawan kita yang justru muhasabah dan berdoa di malam pergantian tahun. Coba tengok tuh, kegiatan para remaja LDII saban akhir tahun. Konon, kabarnya mereka sudah menghelat pengajian pada akhir tahun sejak pertengahan 1990-an. Wow! Dan itu jadi kebiasaan mereka hingga kini.

Nah, apa sih yang melatari mereka bisa sekhusyuk itu dan melewatkan malam tahun baru? “Semangatnya agar generasi muda bisa terhindar dari kegiatan yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Justru malam tahun baru digunakan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, sekaligus muhasabah diri, introspeksi diri apa yang sudah dilakukan tahun lalu dan bisa berbuat yang lebih baik lagi pada masa mendatang,” papar Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso.

Pak Ketum DPP LDII itu juga bilang, mengaji akhir tahun yang dihelat warga LDII sudah jadi agenda rutin sejak 1990-an. Bayangin aja kalo setiap DPD, PC, hingga PAC di seluruh Indonesia mengadakan pengajian semalam suntuk di masjid-masjid. Itupun juga melibatkan para ulama, utadz-ustadzah, dan agar lebih seru kepanitiaan diserahkan pada anak-anak muda setempat.

Kamu bisa bayangin deh, berapa ratus ribu bahkan jutaan anak-anak muda yang “terselamatkan” dari budaya konsumerisme dan hedonisme. Kata Pak Ketum LDII, justru itu komitmen organisasi untuk mencetak generasi bangsa yang unggul, “Kegiatan ini bertujuan untuk membendung pengaruh negatif yang sering muncul di malam tahun baru sekaligus membangun kesadaran spiritual di kalangan generasi muda,” ujarnya.

Kawan-kawan jangan membayangkan ya, itu pengajian semalam suntuk yang melelahkan dan menguras isi otak kalian. Eits, justru pengajian dan ceramah mungkin hanya sejam dua jam. Selanjutnya, pengajian itu menjadi ruang yang asik untuk saling kenal dan bersantai dalam suasana religi yang hangat.

Mereka bisa berbagi tawa lewat permainan sederhana, berdiskusi tentang hidup, dan menikmati kebersamaan yang jauh lebih bermakna. Malam itu bukan hanya soal refleksi diri, tetapi juga tentang menemukan kedamaian di tengah dunia yang semakin gaduh, “Kami mengajak generasi muda menjadikan tahun ini sebagai refleksi, agar di tahun mendatang mereka lebih progresif dalam mencapai target pribadi maupun keagamaan,” ujar KH Chriswanto.

#LDIINgajiAkhirTahun Apa Itu?

Coba deh scroll medsos kamu, lihat ada apa di awal Desember. Medsos resmi LDII sudah menggemakan tagar #LDIINgajiAkhirTahun terus menggema. Tagar itu seperti mendorong, memotivasi, dan mengajak generasi muda. Dan rupanya berhasil juga. Ngaji akhir tahun tak pernah sepi apalagi suram.

Berdasarkan data, jika mengacu pada jumlah PAC, terdapat lebih dari puluhan ribu masjid, mushola, dan majelis taklim LDII di seluruh Indonesia turut menyelenggarakan kegiatan ini. Tagar tersebut tidak hanya menjadi sarana untuk berbagi momen penuh makna, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya. Dengan menyaksikan kebersamaan ini, generasi muda LDII diajak untuk meninggalkan gemerlap duniawi demi menemukan keheningan yang lebih bermakna dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Dukungan pun datang dari para ulama LDII. Salah satunya Dewan Penasehat DPP LDII, KH Edy Suparto. Beliau pun turut mengingatkan melalui sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari:

لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا وَالَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ

“Tidak akan datang suatu zaman pada kalian, melainkan yang setelahnya lebih buruk daripada sebelumnya hingga kalian berjumpa dengan Rabb kalian.” (HR. Bukhari).

KH Edy menjelaskan bahwa hadits ini menjadi peringatan bahwa semakin maju zaman, semakin banyak tantangan moral yang harus dihadapi. “Teknologi yang semakin canggih di satu sisi memberi kemudahan, tetapi di sisi lain membuka pintu-pintu maksiat seperti judi online, pornografi, hingga narkoba,” jelasnya.

Ia juga menyoroti tantangan baru yang dihadapi generasi muda, mulai dari gaya hidup hedonis, ketergantungan pada gawai, hingga dekadensi moral yang semakin parah. KH Edy mengajak para ulama, orang tua, dan para pendidik untuk terus membimbing generasi muda melalui kegiatan positif seperti pengajian, “Melalui pengajian ini, kita berupaya mempertahankan nilai-nilai moral bangsa, meningkatkan keimanan, dan mempertebal takwa generasi penerus,” tambahnya.

Nah, dengan nasehat para ulama yang dipaduin dengan instruksi organisasi, jadilah ngaji akhir tahun. Yang menyelamatkan banyak anak muda dari alkohol, narkoba, sampai seks bebas. Tujuannya, agar bangsa ini bisa menghasilkan generasi penerus yang unggul. Mereka berbudi pekerti luhur, alim-faqih, dan mandiri. Bukannya ini keren Sob?!.