Mungkin selama ini, kita menjalani hidup dengan cara yang salah.
oleh Muhammad Faqihna Fiddin
Baru-baru ini, aku menginjak usia 26 tahun, dan entah kenapa, itu mengubah cara pandangku tentang hidup. Sepertinya, di usia tertentu, kita memang mulai mempertanyakan banyak hal.
Dulu, waktu kecil, aku ingin jadi guru. Saat berusia 10 tahun, aku ingin jadi polisi. Umur 14, aku bercita-cita menjadi pemain sepak bola. Begitu menginjak usia 20-an, aku mulai bermimpi menjadi pengusaha.
Sejak kecil, kita sering diberi tahu:
“Dapatkan nilai bagus, nanti hidupmu terjamin.”
Jadi, aku pun berusaha sebaik mungkin di sekolah.
Lalu, mereka berkata lagi:
“Masuk ke universitas ternama, nanti hidupmu akan sukses.”
Aku pun kuliah. Memang bukan di universitas ternama sih, tapi tetap kuliah. Dan tebak? Rasa bingung dan dilema tetap ada. Mereka nggak serta-merta hilang. They still exist!
Dari kecil, kita selalu diarahkan tentang bagaimana hidup seharusnya dijalani sehingga kita menemukan kebahagiaan:
Dapat nilai bagus → Jangan cari masalah → Masuk universitas ternama → Dapat pekerjaan dengan gaji tinggi → Berkeluarga
Tapi… apakah cuma ini arti dari hidup?
Aku mungkin bukan orang paling bijak untuk ngasih tahu apa yang sebenarnya penting di usia 20-an, karena aku sendiri masih menjalani fase ini. Tapi justru karena itulah, aku bisa berbagi realita yang sebenarnya, tanpa embel-embel kata-kata manis. Inilah realita tentang bagaimana aku akan menjalani sisa usia 20-anku.
Nikmati Perjalanannya, Bukan Tujuannya
Usia 20-an memang membingungkan. Ada teman yang udah sukses dan punya penghasilan dua kali lipat dari gajimu sekarang. Ada yang menikah dan punya anak. Ada juga yang keliling dunia mewujudkan impiannya.
Dari luar, sepertinya semua orang sedang menjalani hidup yang lebih baik dari kita—baik secara finansial, spiritual, maupun emosional. Dan itu sering kali membuat kita meragukan diri sendiri.
Tapi hidup bukankah hidup tidak tentang membuktikan sesuatu kepada orang lain? Bukankah hidup adalah tentang menemukan apa yang benar-benar membuat kita bahagia. Nikmati setiap lika-liku perjalanannya, naik turunnya, dan kejutan-kejutan yang membentuk menjadi diri kita sepenuhnya.
Daripada terobsesi pada “Harusnya di usia segini, aku sudah ada di titik ini” lebih baik fokus pada proses pertumbuhan dan perjalanan mengenali diri sendiri.
Kejar Passion dengan Tujuan yang Jelas
Aku punya satu cerita. Seorang temanku lulusan pendidikan. Secara logika, setelah kuliah bertahun-tahun, seharusnya ia bekerja sebagai guru. Tapi nyatanya? Ia memilih jalur lain—menjadi seorang penulis.
Bukan karena dia nggak mampu menjadi guru, tapi karena dia benar-benar tahu ke mana arah hidupnya.
Sebelum mengejar passion, kita perlu benar-benar memahami diri sendiri. Bukan cuma sekadar “Aku suka apa?” atau “Aku bisa apa?”, tapi lebih ke pemahaman mendalam tentang:
Values: Apa yang kita anggep penting dalam hidup
Strengths: Dimana kita paling jago dan natural
Interests: Apa yang bikin kita curious dan excited
Goals: Kemana sebenernya kita pengen mengarah dalam hidup
Setelah memahami hal itu, temanku mulai mengejar apa yang benar-benar ia cintai. Ia membangun proyek sendiri, berjejaring dengan banyak orang hebat, bahkan bertemu dan bekerja sama dengan CEO restoran dan jurnalis dari media besar, Tempo.
Jadi, gunakan usia 20-an untuk bereksperimen, mencoba berbagai hal yang kamu suka. Kamu baru saja memasuki dunia orang ‘dewasa’ —anggap saja ini adalah kelahiran keduamu.
Jangan Sepelekan Kesehatanmu
Satu hal yang nggak boleh dikompromi: kesehatan**.**
Kebiasaan dan keputusan yang kamu buat sekarang akan membentuk dirimu di masa depan. Gunakan waktu ini untuk merawat tubuhmu dengan baik. Berolahraga, cari aktivitas fisik yang kamu nikmati. Jangan hanya duduk diam di depan layar seharian, entah itu main game atau nonton serial.
Sangat mudah untuk mengabaikan kesehatan fisik dan mental di tengah kesibukan, tapi usia 20-an adalah waktu yang tepat untuk mulai memprioritaskan self-care.
Nggak peduli seberapa sibuk atau semangatnya kamu mengejar karier dan impian, jangan sampai kamu lupa jaga diri. Makan yang bener. Tidur cukup. Olahraga.
Jangan jadi orang yang selalu bilang, “Nanti aja deh jaga kesehatan, masih muda ini.” Percaya deh, kebiasaan buruk di usia 20-an bisa jadi penyesalan terbesar di kemudian hari.
Impian Butuh Pengorbanan
Kalau kamu punya impian besar, siap-siap juga untuk berkorban.
Kesuksesan nggak datang dengan mudah. Dibutuhkan kerja keras, dedikasi, dan terkadang, harus rela menolak kesenangan sesaat. Salah satu hal penting yang harus kamu pelajari adalah: belajar berkata “TIDAK.”
Akan ada teman-teman yang sering mengajak nongkrong, pesta, atau traveling. Nggak ada yang salah dengan itu. Tapi kalau kamu punya tujuan besar, kamu harus pintar memilih mana yang benar-benar sepadan dengan waktumu.
Semakin besar impian, semakin besar juga pengorbanan yang harus dibuat.
Jangan Takut Keluar dari Zona Nyaman
Usia 20-an adalah waktunya menciptakan banyak pengalaman baru.
Jangan cuma diam di zona nyaman. Coba hal-hal baru. Kenalan dengan orang baru. Tantang diri sendiri. Karena di luar zona nyamanlah, kita bisa menemukan hal-hal yang nggak pernah kita bayangkan sebelumnya. Jangan ragu bertemu orang baru dan memperluas lingkaran sosial. Kita bakal terkejut liat seberapa banyak yang bisa kita pelajari dari orang-orang yang berbeda latar belakang.
Pelajari Hal yang Nggak Diajarkan di Sekolah
Keuangan, pajak, investasi—ini adalah hal-hal yang seharusnya kita pelajari sejak dulu. Tapi karena nggak ada yang ngajarin, kita harus belajar sendiri.
Mulailah memahami cara mengatur uang, berinvestasi, dan menabung dengan cerdas. Jangan ragu untuk ambil kursus atau baca buku tentang ini. Belajar hal baru, terutama keuangan, nggak akan pernah sia-sia. Trust me!
Dan kalau mau beli sesuatu, tanyakan ke diri sendiri:
“Aku butuh ini, atau cuma sekadar ingin?”
Begitu kamu bisa menjawab pertanyaan ini very honest, kamu bakal lebih bijak dalam ngatur keuangan dan waktu. Hidup sederhana bukan berarti sengsara, tapi belajar untuk memprioritaskan hal-hal yang benar-benar penting.
Orang Akan Berubah, dan Itu Nggak Masalah
Saat menjalani usia 20-an, kamu akan sadar bahwa beberapa orang di sekitarmu mulai berubah.
Mungkin ada teman yang semakin menjauh, atau kamu mulai merasa nggak sejalan dengan mereka. Itu wajar. Mereka juga sedang mencari jati diri mereka sendiri. Semua orang bertumbuh dan menemukan jalannya masing-masing.
Kamu nggak bisa memaksa semua orang tetap sama. Yang bisa kamu lakukan adalah menerima perubahan, bertumbuh bersama, dan tetap membuka hati untuk orang-orang baru yang sefrekuensi denganmu.
Know that You are Enough
Mungkin di usia 20-an, nggak ada yang benar-benar penting. Atau justru semuanya penting. Mungkin kamu akan menemukan jawabannya lebih cepat, atau mungkin kamu masih butuh waktu untuk mencari tahu.
Nggak ada cara hidup yang paling benar, tapi ada satu hal yang nggak pernah berubah—kenali nilai dirimu dan sadari bahwa kamu sudah cukup.
Just in case belum ada yang bilang ini ke kamu: kamu nggak harus tahu segalanya sekarang. Nggak apa-apa kalau kamu masih mencari jalanmu sendiri. Gunakan waktu ini untuk benar-benar memahami apa yang kamu inginkan dalam hidup, dan jalani tanpa takut pada ekspektasi sosial.
Usia 20-an adalah waktunya mengejar passion. Cari tahu apa yang kamu suka, coba hal-hal baru, dan bereksperimen sebanyak mungkin.
Make mistakes. Take chances. Do what you love!
Leave a Reply
View Comments