Rayyan, Sosok "Pacu Jalur" Riau yang Bikin Indonesia Panen Aura Farming. Gambar: Generus

Ini Dia Jejak “Pacu Jalur” Riau yang Bikin Indonesia Panen Aura Farming

Viral “Aura Farming” dipicu oleh Rayyan Arkan Dikha, bocah penari “Tukang Tari” yang video menarinya menjadi tren global. Video Rayyan ditiru oleh banyak selebritas, mulai dari pesepak bola PSG & AC Milan, hingga F1 driver Alex Albon, serta NFL star Travis Kelce.

Aura Farming yang viral merupakan bagian dari Pacu Jalur yang merupakan warisan budaya Indonesia lho! Yuk simak sejarahnya!

Mungkin selama ini kamu mengira “pacuan” hanya sebatas adu cepat. Tapi tunggu dulu, kalau kamu menyusuri sejarah panjang pacu jalur di Riau, kamu akan menemukan kisah yang jauh lebih dalam, dari sekadar sampan yang meluncur kencang. Di balik gemuruh lomba perahu rakyat itu, pacu jalur menyimpan kisah budaya, kebanggaan, bahkan strategi politik kerajaan masa silam!

Warisan Raja, Hiburan Rakyat

Tradisi pacu jalur konon sudah eksis sejak awal abad ke-17, di masa Kerajaan Kuantan berdiri tegak di jantung Riau. Namun jangan salah sangka—di masa itu, “jalur” bukan sekadar lintasan, tapi juga sebutan untuk perahu panjang tradisional yang bisa memuat hingga 50 pendayung! Uniknya, pacuan dilakukan bukan di daratan, tapi di Sungai Kuantan, dan setiap perahu dihias penuh warna, dengan ukiran dan ornamen khas melayu yang mempesona.

Di sinilah letak keunikan Pacu Jalur Riau: bukan balapan kuda atau motor, tapi balapan perahu panjang dengan irama teriakan penyemangat yang membelah udara, dentuman gong, dan gemuruh air sungai yang terbelah cepat. Benar-benar festival yang menggetarkan jiwa.

Dari Ritual ke Festival

Pada awalnya, pacu jalur dilakukan sebagai bagian dari perayaan hari besar Islam, seperti Maulid Nabi atau Tahun Baru Hijriah. Tapi seiring waktu, jalur pacu berkembang menjadi ajang silaturahmi antar-nagari (desa) dan bahkan menjadi arena diplomasi antar-penguasa di wilayah Riau bagian barat.

Kini, acara Festival Pacu Jalur rutin digelar tiap Agustus di Tepian Narosa, Teluk Kuantan. Ribuan warga tumpah ruah menyaksikan perahu-perahu panjang melesat dengan kekuatan kolektif yang luar biasa. Tak cuma olahraga, ini adalah puncak ekspresi budaya, tempat di mana kreativitas, kekompakan, dan warisan leluhur berpadu di atas air.

Dari Sungai ke Dunia

Siapa sangka, pacu jalur kini tak lagi sekadar milik Kuantan Singingi. Festival ini mulai dilirik dunia sebagai warisan budaya takbenda Indonesia. Tahun demi tahun, jumlah wisatawan meningkat, dan pemerintah daerah pun terus memperjuangkan agar pacu jalur masuk daftar UNESCO.

Menurut Budayawan Riau, Taufik Ikram Jamil, pacu jalur adalah bukti bahwa “masyarakat Melayu punya cara tersendiri untuk mengekspresikan kekuatan, keindahan, dan kolektivitas. Ini bukan sekadar olahraga air, ini adalah jiwa masyarakat sungai.”

Hi! Picks: Fun Fact Jalur Pacu

  • Nama “jalur” merujuk pada perahu panjang kayu yang bisa mencapai 30 meter!
  • Setiap jalur punya nama unik, seperti “Tuah Keramat”, “Puti Mandi Mayang”, atau “Lintas Muara” — penuh filosofi!
  • Warna dan motif perahu mencerminkan identitas nagari pembuatnya — sekaligus penanda sejarah dan kepercayaan.

Dari sebuah tradisi sungai hingga menjadi ikon budaya nasional, pacu jalur Riau membuktikan bahwa arus sejarah bisa terus mengalir — selama kita terus mendayung bersama.

Salam budaya dari tepian sungai!