Pernah nggak sih kamu ngerasa, “Duh, ini deadline udah mepet banget, tapi kok rasanya males banget ya buat mulai?” Atau, “Aku tahu harusnya ngerjain ini, tapi kok malah asyik nonton YouTube/scroll media sosial?” Kalau jawabannya iya, selamat! Kamu bukan satu-satunya. Kita semua, sampai taraf tertentu, adalah penunda ulung.
Tim Urban seorang penulis dan ilustrator di balik blog Wait But Why mengulas fenomena menunda-nunda ini dengan sangat kocak tapi juga insightful. Dalam ceramah TED-nya yang berjudul “Inside the Mind of a Master Procrastinator”. Urban memang sering membahas topik-topik kompleks dengan cara yang mudah dicerna dan penuh humor. Dan kali ini, dia membongkar isi otaknya sendiri sebagai seorang master procrastinator alias raja penunda.
Otak Si Penunda: Ada Dua Karakter Lucu di Dalamnya!
Menurut Tim Urban, di dalam otak setiap penunda itu ada dua karakter utama yang terus berantem:
- Si Pengambil Keputusan Rasional (The Rational Decision Maker): Anggap aja dia ini bagian dari otak kita yang dewasa, bijak, dan tahu apa yang harus dilakukan. Dia mikir jangka panjang, bikin rencana, dan pengen kita jadi produktif. Misalnya, dia bilang, “Oke, sekarang waktunya mulai nulis laporan ini biar cepat selesai dan kamu bisa santai nanti.”
- Si Monyet Kesenangan Instan (The Instant Gratification Monkey): Nah, ini dia biang keroknya! Si monyet ini cuma mikirin kesenangan sekarang juga. Dia nggak peduli sama deadline atau rencana masa depan. Yang penting, dia pengen yang gampang, yang seru, yang bikin senang saat itu juga. Begitu si pengambil keputusan rasional bilang “Ayo kerja!”, si monyet langsung nyaut, “Eh, bentar dong! Mendingan kita nonton video kucing lucu dulu, atau cek Instagram, atau main gim sebentar!”
Jadi, kalau kamu seorang penunda, yang terjadi di dalam kepalamu itu adalah pertarungan antara si pengambil keputusan rasional yang pengen kamu produktif, dan si monyet kesenangan instan yang cuma pengen kamu senang-senang. Dan tebak siapa yang sering menang? Yup, si monyet!
“Taman Bermain Gelap” Si Penunda (The Dark Playground)
Ketika si monyet berhasil ngambil alih kendali, kita sebagai penunda masuk ke apa yang Tim Urban sebut sebagai “Taman Bermain Gelap” (The Dark Playground). Ini adalah tempat di mana kita melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan (main game, nonton, scrolling medsos), tapi di waktu yang nggak tepat.
Bedanya apa sama kesenangan biasa? Kesenangan di Taman Bermain Gelap ini nggak bener-bener menyenangkan. Kenapa? Karena di balik kesenangan semu itu, ada perasaan:
- Bersalah: “Duh, harusnya aku ngerjain itu, kok malah ini sih?”
- Cemas: “Gimana kalau nanti nggak selesai? Gimana kalau hasilnya jelek?”
- Panik (kalau deadline udah mepet): “Mati aku, ini belum apa-apa!”
Jadi, bukannya menikmati kesenangan itu sepenuhnya, kita malah terus-terusan dihantui sama pikiran tentang tugas yang belum selesai. Ini yang bikin Taman Bermain Gelap itu gelap, karena penuh dengan rasa bersalah dan kecemasan, meskipun kita lagi melakukan hal yang seharusnya menyenangkan.
Tim Urban sendiri ngaku kalau dia adalah jagoan di Taman Bermain Gelap ini. Dia cerita pengalamannya waktu kuliah, nulis skripsi 90 halaman dalam waktu 72 jam non-stop, sampai nggak tidur dua malam! Itu semua karena si monyet terus-terusan ngajak main di Taman Bermain Gelap sampai akhirnya…
Si Monster Panik: Malaikat Penjaga Si Penunda
Nah, di sinilah karakter ketiga muncul: Si Monster Panik (The Panic Monster). Si monster panik ini adalah malaikat penjaga para penunda. Dia biasanya tidur pulas, nggak peduli sama apa yang dilakukan si monyet di Taman Bermain Gelap. Tapi, begitu deadline udah di depan mata, atau ada potensi malu di depan umum, si monster panik ini langsung bangun dan ngamuk!
Begitu si monster panik bangun, si monyet kesenangan instan langsung ketakutan setengah mati dan lari ngacir! Di momen itu, si pengambil keputusan rasional akhirnya bisa mengambil alih kendali dan bilang, “Oke, sekarang waktunya kerja! Cepat!” Dan ajaibnya, kita langsung jadi super produktif, ngerjain semua yang ketunda dalam waktu singkat.
Tim Urban ngasih contoh gimana dia ngerjain presentasi TED Talk-nya sendiri. Dia nunda-nunda sampai menit terakhir, dan baru bener-bener ngerjain pas si monster panik udah muncul. Dan ternyata, itu berhasil! Presentasinya jadi, dan dia bisa tampil.
Sistem ini, kata Tim Urban, memang “bekerja” untuk tugas-tugas yang punya deadline jelas. Kita nunda-nunda, si monster panik muncul, kita kerja keras, dan tugas selesai. Phew!
Bahaya Prokrastinasi Jangka Panjang: Nggak Ada Deadline, Nggak Ada Monster Panik!
Masalahnya, nggak semua hal dalam hidup kita punya deadline yang jelas dan menakutkan. Misalnya:
- Karir: Kapan kamu harus mulai belajar skill baru? Kapan harus mulai cari pekerjaan impian?
- Kesehatan: Kapan kamu harus mulai olahraga teratur atau makan sehat?
- Hubungan: Kapan kamu harus mulai memperbaiki hubungan dengan keluarga atau teman?
Untuk hal-hal ini, nggak ada si monster Panik yang akan muncul dan bikin kita buru-buru. Nggak ada deadline yang bikin kita ketakutan. Akibatnya, si monyet kesenangan instan bisa terus-terusan berkuasa. Kita terus-terusan menunda hal-hal penting ini, masuk ke Taman Bermain Gelap tanpa batas waktu.
Ini yang Tim Urban sebut sebagai prokrastinasi jangka panjang (long-term procrastination). Bahayanya lebih besar, karena dampaknya nggak langsung kelihatan. Kita mungkin nggak ngerasa panik atau cemas setiap hari, tapi perlahan-lahan, kita jadi merasa:
- Kecewa sama diri sendiri: “Kok aku gini-gini aja ya?”
- Menyesal: “Coba dulu aku mulai dari dulu…”
- Merasa jadi penonton di hidup sendiri: Kita lihat orang lain maju, tapi kita cuma diam di tempat karena terus menunda.
Prokrastinasi jangka panjang ini jauh lebih berbahaya karena dia diam-diam menggerogoti kebahagiaan kita, tanpa disadari sepenuhnya sampai kita melihat ke belakang dan menyesali waktu yang terbuang.
Gimana Cara Ngatasin Si Monyet Kesenangan Instan?
Kalau si monster panik nggak bisa diandalkan untuk prokrastinasi jangka panjang, terus gimana dong cara ngatasinnya? Tim Urban nggak ngasih solusi magic yang instan, tapi dia ngasih insight yang sangat penting: kesadaran.
Dia bilang, kita semua adalah penunda sampai batas tertentu. Dan kita perlu menyadari keberadaan Si Monyet Kesenangan Instan di dalam diri kita.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan?
- Kenali Si Monyetmu: Langkah pertama adalah mengakui bahwa Si Monyet itu ada di dalam dirimu. Setiap kali kamu merasa ingin menunda, atau terdistraksi dengan hal-hal yang nggak penting, sadari bahwa itu adalah ulah Si Monyet. Jangan menghakimi diri sendiri, cukup sadari saja. “Oh, ini Si Monyet lagi beraksi.”
- Visualisasikan Waktu Hidupmu: Tim Urban menunjukkan “kalender hidup” di mana setiap kotak mewakili satu minggu dalam hidup 90 tahun. Ini cara yang sangat visual untuk menyadarkan kita betapa terbatasnya waktu yang kita punya. Setiap minggu yang kita tunda, satu kotak itu hilang. Ini bisa jadi pemicu internal yang lebih kuat daripada Si Monster Panik eksternal.
- Mulai Sekarang, Walau Sedikit: Kunci untuk mengalahkan prokrastinasi adalah memulai. Nggak perlu langsung sempurna, nggak perlu langsung selesai. Cukup mulai dengan langkah kecil.
- Pengen olahraga? Coba deh jalan kaki 15 menit aja hari ini.
- Pengen belajar skill baru? Coba tonton satu video tutorial atau baca satu artikel.
- Pengen nulis laporan? Coba tulis satu paragraf aja.
Begitu kamu mulai, momentum akan terbentuk. Si pengambil keputusan rasional akan merasa senang karena akhirnya bisa bergerak, dan si monyet mungkin akan sedikit tenang karena “udah mulai kok”.
- Fokus pada Proses, Bukan Hasil: Kadang kita menunda karena merasa tugasnya terlalu besar atau hasilnya harus sempurna. Ini bikin kita takut dan akhirnya menunda. Coba fokus pada prosesnya. Nikmati setiap langkah kecil yang kamu ambil.
- Kurangi Distraksi: Si Monyet Kesenangan Instan itu suka banget sama distraksi. Jadi, coba kurangi akses ke hal-hal yang bisa mengalihkan perhatianmu. Matikan notifikasi HP, tutup tab browser yang nggak penting, atau gunakan aplikasi yang bisa memblokir situs-situs tertentu saat kamu lagi kerja.
- Pahami Kenapa Kamu Menunda: Kadang, menunda itu bukan cuma karena malas, tapi ada alasan lain di baliknya. Mungkin kamu takut gagal, takut sukses, merasa kewalahan, atau nggak tahu harus mulai dari mana. Coba renungkan, apa sih akar masalah dari kebiasaan menundamu? Kalau kamu tahu akarnya, kamu bisa mencari solusi yang lebih tepat.
Kita Semua Punya Si Monyet, Tapi Kita Bisa Ngendaliinnya!
Pesan utama dari Tim Urban adalah bahwa prokrastinasi itu adalah bagian dari kondisi manusia. Hampir semua orang mengalaminya. Yang membedakan adalah bagaimana kita menghadapinya.
Bagi tugas-tugas yang punya deadline, si monster panik mungkin bisa menyelamatkan kita. Tapi untuk hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup, yang nggak punya deadline, kita nggak bisa mengandalkan monster itu. Kita harus belajar untuk mengambil alih kendali dari si monyet kesenangan instan.
Ini bukan tentang menjadi sempurna dan tidak pernah menunda lagi. Itu mungkin mustahil. Tapi ini tentang menjadi lebih sadar, lebih sering memilih untuk mendengarkan si pengambil keputusan rasional, dan mengambil langkah-langkah kecil secara konsisten.
Ketika kita mulai menyadari betapa berharganya setiap minggu dalam kalender hidup kita, dan betapa banyak hal yang bisa kita capai jika kita tidak membiarkan si monyet kesenangan instan terus-terusan berkuasa, kita akan mulai bergerak. Kita akan mulai membangun hidup yang kita inginkan, bukan cuma jadi penonton.
Jadi, mulai sekarang, setiap kali kamu merasa si monyet kesenangan instan mulai berbisik di telingamu, coba deh sadari kehadirannya. Ingat “Taman Bermain Gelap” yang penuh rasa bersalah. Dan bayangkan kalender hidupmu. Mungkin itu cukup untuk membuatmu mengambil langkah pertama, dan mengusir si monyet itu, setidaknya untuk sementara. Karena pada akhirnya, hidupmu terlalu berharga untuk terus-terusan ditunda. Yuk, kita mulai bertindak!
Leave a Reply
View Comments