Oleh : Nabila Kartika Luthfa
Dahulu kala, kumerasa dunia terbentang sangat luas,
Membuat mata kecilku memandang penuh penasaran, tanpa batas.
Permainan adalah rajaku, tawa riang adalah bahasaku,
Orang dewasa hanya bayangan, yang tak mengerti duniaku.
Tapi akhirnya ku sadari
Ternyata aku bukan anak kecil lagi
Ku sejenak berpikir sejak kapan ya, aku tak lagi dianggap mungil?
Bukan lagi cerita dongeng, atau kisah-kisah lucu, yang mereka ucapkan kepadaku
Tapi bisik-bisik berat, tentang hidup yang memburu.
Sekarang orang tua bahkan seisi rumah, datang padaku,
Membuka luka, berbagi lelah, bercerita tentang beban mereka masing-masing
Mulai dari pekerjaan yang memeras, hati yang remuk, sampai tentang mimpi yang terkubur
Dunia dewasa yang ternyata begitu kasar dan sangar.
Ternyata aku bukan anak kecil lagi,
Batinku berbisik, apakah aku siap untuk ini?
Wajahku mungkin masih sama, namun sorot mataku berbeda
Ada bayangan beban, yang tak lagi bisa kusanggah.
Mereka percaya, bahwa bahuku cukup kuat menopang,
Hati kecilku cukup lapang, untuk mendengar semua keluh-kesah yang panjang.
Mereka pikir aku sudah layak diajak berbincang tentang kerasnya dunia mereka
Duniaku bukan lagi imajinasi, tapi realita yang begitu berat.
Perlahan, demi perlahan, kuserap setiap kata,
Menggenggam erat cerita,
Kerutan di dahi ayah dan tatapan hampa ibu,
Bukan lagi sekadar guratan, tapi peta perjalanan penuh derita.
Aku jadi faham, ternyata sebesar ini ya beban yang sedang mereka panggul,
Beban yang selama ini tak terlihat, tersembunyi di balik senyum yang terukir
Aku melihat mereka, bukan lagi sebagai pahlawan tak terkalahkan,
Tapi manusia biasa, yang juga merasakan letihnya perjuangan.
Sedangkan kisahku? Aku simpan sendiri,
Di sudut hati yang paling rahasia, tak seorang pun mengerti.
Tentang cita-cita yang belum tergapai,
Tentang ketakutan masa depan,
Beban pendidikanku, tekanan pergaulan, hati yang kadang terluka,
Semua itu kutelan, kututupi dengan senyum yang dipaksakan adanya.
Mendengarkan beban mereka saja sudah berat, masa harus bertambah dengan bebanku?
Sebuah pertanyaan yang menggema, dalam keheningan jiwaku.
Tak ingin menambah pilu,
Kupilih diam, menjadi sandaran, meski bahu ini pun rapuh.
Aku adalah pelabuhan, Meski gelombang badai juga menerpa,
Ternyata aku bukan anak kecil lagi,
Aku harus tetap bertahan.
Leave a Reply
View Comments