Berani Istiqomah di Zaman Serba FOMO. Gambar: Generus

Berani Istiqomah di Zaman Serba FOMO

Oleh Fitri Utami

Zaman sekarang tuh kayaknya serba cepat. Semua orang berlomba update hidup, pamer pencapaian, dan ngasih highlight terbaik mereka ke dunia. Scroll TikTok, lihat orang jalan-jalan ke luar negeri. Buka Instagram, temenmu baru nikah, punya bisnis, atau wisuda dengan toga emas.

Di Twitter, semua orang kayaknya punya opini paling keren soal hidup, karier, dan self-growth. Gak sadar, kamu mulai gelisah: “Aku harusnya udah kayak mereka gak sih?” Padahal, kamu mungkin sedang dalam proses yang gak kalah bermakna.

Tapi karena FOMO (Fear of Missing Out), kamu jadi mulai goyah. Prinsip hidup yang tadinya kamu pegang teguh, mulai kamu tawar demi “kelihatan gak ketinggalan.” Padahal, istiqomah bukan soal siapa yang paling cepat sampai. Tapi siapa yang tetap teguh meski jalanannya sepi dan panjang.

Istiqomah itu berat, bukan karena ilmunya susah, tapi karena godaannya terlalu banyak. Di tengah arus tren yang terus berganti, kamu dituntut untuk punya identitas yang jelas. Kamu mungkin pernah merasa aneh karena memilih gak ikut nongkrong yang gak jelas, atau nolak tawaran kerja yang gajinya gede tapi jauh dari nilai-nilai yang kamu yakini.

Kamu mungkin pernah dianggap ‘terlalu serius’ karena gak ikut bercanda yang toxic, atau ‘terlalu alim’ karena memilih jalan hidup yang lebih tenang dan terarah. Tapi tahu gak? Justru di situlah letak keberanianmu. Karena istiqomah bukan cuma soal shalat lima waktu atau puasa sunah tiap Senin-Kamis. Tapi tentang tetap jadi dirimu sendiri, dalam nilai yang kamu yakini, meski dunia terus menggoda untuk berubah.

Allah SWT berfirman dalam QS. Fushshilat: 30: إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka tetap istiqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata): ‘Janganlah kamu takut dan janganlah kamu sedih; dan bergembiralah kamu dengan surga yang telah dijanjikan kepadamu.’”

Artinya, istiqomah itu bukan jalan sia-sia. Mungkin sekarang kamu gak dilihat orang, gak disorot media, gak dianggap keren. Tapi malaikat tahu. Allah tahu. Dan Dia janji, siapa yang berani tetap lurus dalam zaman yang bengkok, maka akan diganjar dengan jannah yang kekal. Istiqomah itu butuh kesabaran dan kesadaran. Kesabaran untuk menolak hal-hal instan yang gak sesuai prinsip, dan kesadaran bahwa kamu hidup bukan untuk memuaskan mata orang lain, tapi untuk memenuhi misi yang Allah titipkan ke kamu sejak awal.

Di zaman FOMO, orang jadi gampang kehilangan arah. Hidup jadi tentang pembuktian, bukan kebermaknaan. Tapi kalau kamu bisa tenang di tengah hiruk-pikuk pembanding, bisa setia sama value yang kamu bawa dari rumah, dari guru, dari Qur’an dan Sunnah—itu kemenangan yang gak bisa dilihat likes atau followers.

Kamu bukan kalah karena kamu gak viral. Kamu justru menang, karena kamu tetap waras saat dunia mabuk pengakuan. Dan percayalah, Allah gak pernah tidur. Semua usaha kamu untuk tetap istiqomah, untuk menahan diri dari ikut-ikutan yang gak baik, untuk memilih jalan yang benar meski sunyi—itu semua dicatat, dan kelak akan dibalas dengan sesuatu yang lebih dari sekadar “validasi dunia.”

Jadi, jangan minder kalau kamu beda. Jangan ngerasa gagal karena gak update gaya hidup terbaru. Jangan terburu-buru mengubah prinsip cuma karena takut ditinggal zaman. Karena istiqomah itu bukan tentang siapa yang paling cepat, tapi siapa yang paling konsisten. Gak peduli seberapa keras arusnya, kamu tetap berenang ke arah yang benar. Dan itu, teman-teman, adalah salah satu bentuk keberanian tertinggi di zaman sekarang.