Gambar: Generus

Lebaran Bukan Ajang Kepo! Jaga Lisan, Jaga Kehangatan Silaturahim

Lebaran adalah momen istimewa yang selalu dinanti-nanti. Selain jadi ajang merayakan kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa, ini juga jadi kesempatan emas buat bersilaturahim dengan keluarga besar dan orang-orang terdekat. Tapi di tengah kehangatan kumpul keluarga, kita sering kali lupa satu hal penting: menjaga lisan.

Obrolan yang awalnya ringan bisa tiba-tiba berubah jadi nggak nyaman gara-gara pertanyaan yang, tanpa sadar, menyentuh hal sensitif. Pertanyaan seperti, “Kapan nikah?”, “Kok belum punya anak?”, atau “Kerja di mana sekarang?” mungkin terdengar biasa. Tapi buat yang ditanya, bisa jadi itu kayak belati halus yang menusuk perasaan. Apalagi kalau dibalut dengan nada bercanda yang justru terasa menyindir. Belum lagi komentar soal fisik, berat badan, atau pencapaian hidup — bukannya akrab, malah bikin suasana canggung.

Padahal, dalam Islam kita diajarkan buat menjaga lisan. Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya, kalau nggak bisa ngomong yang baik atau bermanfaat, lebih baik diam. Karena setiap kata yang keluar dari mulut kita akan dipertanggungjawabkan. Allah SWT juga berfirman:

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

“Tiada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).” (QS. Qaf: 18)

Saat Lebaran, niat kita tentu baik: ingin menyambung silaturahim, mempererat hubungan, dan memperbaiki yang mungkin sempat renggang. Tapi kalau nggak hati-hati, lisan kita bisa jadi pisau yang malah melukai perasaan orang lain. Nggak mau, kan, niat baik kita malah berujung bikin orang lain sedih?

Lebih baik kita ganti obrolan dengan topik yang lebih positif dan bikin suasana makin hangat. Misalnya, tanya kabar dengan tulus, ngobrol soal kenangan masa kecil yang lucu, atau bahas rencana ke depan yang lebih ringan. Kalau memang mau memberi nasihat, sampaikan dengan cara yang lembut dan penuh empati, bukan dengan nada menghakimi.

Lebaran adalah momen merayakan kemenangan, bukan ajang saling menilai hidup orang lain. Mari kita jaga lisan, supaya silaturahim nggak cuma jadi formalitas, tapi benar-benar membawa kedamaian, kebahagiaan, dan keberkahan. Karena pada akhirnya, kata-kata baik adalah doa. Dan siapa tahu, lewat ucapan kita yang lembut dan penuh kasih, Allah bukakan pintu rezeki dan kebahagiaan bagi kita dan orang-orang yang kita sayangi.

Selamat Hari Raya Idul Fitri, semoga setiap kata yang terucap menebar kebaikan, dan silaturahim kita semua diberkahi Allah SWT.