generus indonesia
Ilustrasi Doomscrolling.

Doomscrolling, Apa Dampaknya bagi Kesehatan Mental?

oleh Galant Prabajati

Sobat Generus Pernah nggak, buka HP niatnya cuma sebentar, eh tau-tau udah sejam lebih ke-scroll timeline? Isinya berita jelek semua: konflik, gosip, drama politik, sampe komentar pedas netizen. Fenomena ini ada namanya, lho: doomscrolling. Artinya, kebiasaan nge-scroll berita buruk tanpa henti meski bikin hati makin sumpek.

Masalahnya, doomscrolling nggak cuma bikin bete. Dari sisi kesehatan, otak kita jadi overthinking terus. Hormon stres naik, tidur berantakan, badan bangun malah capek. Belum lagi efek fisik: leher pegel, mata perih, postur tubuh jadi bungkuk karena kelamaan nunduk. Singkatnya, doomscrolling itu kombinasi nyiksa pikiran dan badan.

Yang lebih nyesek, waktu kita kebuang percuma. Bayangin aja, satu jam doomscrolling tiap hari sama dengan tujuh jam seminggu—hampir sehari penuh! Padahal waktu itu bisa banget dipakai buat hal yang lebih berfaedah: tadarus Al-Qur’an, murajaah hafalan, dzikir, baca buku, atau olahraga ringan. Semua itu bikin hati adem, badan sehat, dan jelas lebih bermakna daripada nyimak drama dunia maya.

Terus, gimana cara berhentinya? Ya mulai dari hal kecil. Matikan notifikasi nggak penting, batasi jam buka sosmed, atau sengaja ganti doomscrolling dengan konten positif. Dunia ini memang nggak selalu penuh kabar baik, tapi kita bisa pilih fokus ke hal-hal yang bikin hidup lebih cerah.

Hidup terlalu singkat kalau dihabiskan buat nyiksa diri sendiri. Jadi, daripada scrolling gelap-gelapan, mending isi waktu dengan hal yang bikin hati terang.