Oleh Galant Prabajati
Pernah nggak sih kamu ngerasa kamar penuh barang, lemari sesak baju, rak penuh buku atau barang random yang bahkan udah lupa kapan terakhir dipakai? Atau timeline sosmedmu penuh banget sama konten yang nggak jelas, tapi tetap kamu ikutin biar nggak ketinggalan? Itu semua tanda kalau kita sering terjebak FOMO (Fear of Missing Out). Padahal, banyak dari yang kita kumpulin sebenernya nggak bikin kita lebih bahagia. Justru bikin hidup makin ribet.
Buat sebagian orang, minimalis dianggap gaya hidup modern ala-ala barat. Padahal, sejak dulu Islam udah ngajarin hidup sederhana dan menjauhi sikap mubazir. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang boros adalah saudara-saudara setan.” (QS. Al-Isra: 27). Rasulullah SAW juga hidup sederhana, tapi tetap bermartabat. Jadi jelas, minimalis itu bukan gaya hidup kekinian melainkan bagian dari ajaran Islam.
Inti minimalis adalah sadar sama kebutuhan diri sendiri. Kita beli atau punya sesuatu bukan karena tren, bukan karena takut ketinggalan, tapi karena memang perlu. Dengan begitu, hidup terasa lebih ringan karena kita nggak diperbudak keinginan impulsif. Minimalis juga bukan berarti punya rumah kosong ala drama Korea, bukan juga sekadar baju warna putih semua. Minimalis nggak bisa diukur dari jumlah barang, warna cat rumah, atau seberapa estetik isi feed Instagram kita. Minimalis artinya ngerti batas cukup buat diri sendiri.
Barang numpuk itu bikin sumpek, baik di rumah maupun di pikiran. Solusinya adalah deklutter rutin. Misalnya, setiap enam bulan cek lemari dan rak. Apa yang nggak dipakai? Evaluasi, apakah masih butuh atau bisa dilepas. Dan ingat, deklutter bukan berarti nyampah. Melepaskan barang ke orang lain bisa bikin barang itu lebih bermanfaat. Contohnya program “pakaian pantas pakai” yang disalurkan ke orang yang membutuhkan. Jadi deklutter itu sebenarnya berbagi, bukan sekadar buang.
Minimalis juga nggak cuma soal barang fisik. Sosmed pun butuh disentuh dengan cara yang sama. Algoritma jangan sampai nguasain kita. Pilih siapa yang mau di-follow, apa yang mau di-subscribe. Dengan begitu, pikiran lebih tenang, waktu lebih produktif, dan hidup lebih fokus.
Banyak orang salah paham. Minimalis dikira buat orang yang mau hemat mati-matian atau hidup sengsara. Padahal, minimalis justru bikin kita ketemu makna “cukup”. Cukup itu bikin kita nggak rakus, nggak impulsif, tapi juga nggak pelit sama diri sendiri. Dengan terbiasa minimalis, kita lebih sadar dalam ambil keputusan dan lebih tenang dalam menjalani hidup.
Minimalis dalam Islam bukan berarti miskin atau anti-kemajuan. Minimalis itu cara hidup sadar, menjauhi mubazir, dan belajar merasa cukup. Kalau barang, atur. Kalau sosmed, filter. Kalau hati, tenangkan. Karena pada akhirnya, minimalis itu bikin kita merdeka nggak dikendalikan barang, tren, atau algoritma.
Leave a Reply
View Comments