generus indonesia
Ilustrasi Frugal Living.

Frugal Living Kunci Hidup Simpel, Bijak, dan Tetap Bahagia

Oleh Galant Prabajati

Anak muda sekarang gampang banget kebawa arus konsumtif. Lihat orang pakai HP terbaru, langsung pengen. Lihat outfit viral, terasa harus punya. Nongkrong di kafe pun sering bukan karena butuh, tapi biar nggak ketinggalan. Padahal, banyak dari itu cuma keinginan, bukan kebutuhan. Nah, di sinilah frugal living atau hidup hemat jadi penting: cara hidup simpel, sadar, dan bikin tenang.

Frugal living sering disalahpahami sebagai pelit. Padahal beda banget. Pelit itu nggak mau keluar uang sama sekali, bahkan untuk hal penting. Frugal justru tentang pinter ngatur duit: tahu apa yang prioritas, apa yang bisa ditunda, dan apa yang nggak usah sama sekali. Contohnya, beli satu sepatu bagus yang tahan lama lebih bijak daripada beli beberapa sepatu murah yang cepat rusak. Itu bukan pelit, tapi keputusan cerdas.

Prinsipnya sederhana: bedakan kebutuhan dan keinginan, pilih kualitas daripada kuantitas, kurangi pemborosan, dan kelola keuangan dengan sadar. Makan sehat itu kebutuhan, beli kopi mahal tiap hari jelas keinginan. Barang awet mungkin terasa mahal di awal, tapi hemat jangka panjang. Keuangan juga butuh aturan: punya anggaran jelas, catat pemasukan dan pengeluaran, serta disiplin menabung dari awal bulan.

Dalam praktik sehari-hari, banyak cara kecil yang bisa dilakukan. Masak sendiri lebih sering, bawa bekal ke kampus atau kantor, dan belanja sesuai daftar biar nggak kalap. Transportasi bisa pilih jalan kaki, atau kendaraan umum. Hiburan pun nggak harus mahal; nongkrong di taman, baca buku, atau nonton film bareng teman di rumah tetap bisa seru. Barang-barang yang nggak terpakai bisa dijual atau disumbangkan, sementara yang ada dirawat biar awet.

Kalau kebiasaan ini dibangun sejak muda, efeknya kerasa banget. Dompet lebih aman, pikiran lebih ringan karena nggak sibuk ngejar tren, dan ada ruang untuk nabung hal penting: sekolah, bisnis, jalan-jalan, bahkan rumah. Yang lebih penting, kita bisa terhindar dari jebakan utang konsumtif.

Frugal living juga sesuai dengan ajaran agama. Islam melarang kita boros, tapi juga nggak suka kalau terlalu kikir. Intinya seimbang: hidup secukupnya, wajar, dan penuh syukur. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk dalam Islam, diberi rizki yang cukup, dan qana’ah (merasa cukup) dengan rizki tersebut.” (HR. Ibnu Majah).

Dalam hadis lain beliau bersabda:

“Sungguh beruntung, orang yang mujhid (bekerja giat) dan muzhid (hemat).” (HR. Ahmad).

Pesannya jelas: keberuntungan sejati bukan karena harta melimpah, tapi karena kita bisa kerja keras, hidup sederhana, dan merasa cukup dengan rezeki yang ada.

Tantangannya memang besar, apalagi di tengah budaya konsumtif dan FOMO. Tapi semua bisa dimulai dari hal kecil: catat pengeluaran, biasakan disiplin, dan cari teman yang support gaya hidup hemat.

Akhirnya, frugal living bukan berarti hidup susah atau menahan diri sampai nggak bisa menikmati hidup. Justru sebaliknya, kita bisa lebih bijak dalam memilih. Hidup simpel tapi berkualitas, hemat tapi tetap bahagia. Kalau dari muda sudah terbiasa frugal, masa depan bakal lebih aman dan kita bisa lebih fokus ke hal-hal yang benar-benar penting: mimpi, karya, dan kontribusi buat sekitar.